26/11/08

Bait-Bait Puisi Jalanan

AIR MATA DALAM SUNYI

Apalah artinya hidup bila air mata tak sanggup menahan rasa
semua yang terjadi biarkan ia datang dan pergi tanpa bekas
biarkan ruang-ruang ini sa telusuri walau harus menahan gejolak batin
biarkan jalan-jalan ini kutapaki satu demi-demi satu,
walau harus menahan sunyi tak bertepi
biarkan darah juang membasahi naluri jiwa yang mengering
Demi negeri, sa tunduk saat hati berkata "tanah air atau mati"

Kerom, 2 Juli 2008, 2:44 a.m

AIR MATA

Bila tak sanggup, biarkan air mata mengalir
Mungkin ini salahku
Engkau benar
Keputusanmu adalah kebahagiaanmu
duniaku bukan kebahagiaanmu

selamat datang duniaku
kemarin engkau bilang langit masih cerah
kini suram tak bersahabat
Aku rindu bermalam dalam sunyimu
Aku rindu berjalan mengitari belaska musuh

Asro, 7 Oktober 2008

IBU RELAKAN DAKU MEMBENCINYA


sa pikir engkau terakhir dalam hidup ini,
karnanya sderhana dalam kekurangan ku brikan untukmu,
setiap mendengar keputusanmu,
terpaksa air mata berlinan menahan egoisme dan keangkuhan ini,
ku membagi tulus cinta dan tangis jalanan
ditengah mereka yang tak henti mengejarku
ku ingin bisik kita tengah malam tak beralalu dalam mimpi dan angan-angan
ku bertahan walau hati sakit setiap dengar tutur katamu
Dosapun ku langgar
sebab sa pikir kau terakhir dalam hidup ini

Ternyata smua ini mimpi belaka
kala sa tahu mempertahanmu itu bukanlah terbaik bagi dirimu
sa menyesalinya....!!

Ku tanya bangsa, ku tanya ibu pertiwi
Bukankah dia teman darah juang ini?
Bukankah dia dewi dalam kesesakanku?

Terimakasih bunda....!
relakan darah juang ini,
relakanku menata jalur kita

Ku ingin engkau memelukku
Ku ingin sendiriku bahagia
Ibu yakinkanlah daku mencintai jalan kita
seperti aku mencintai dirinya...!

Bogor, 24 September 2008

NYAMUK MALAM

Andai aku bintang
ku ingin ia mencari cahayaku diantara yang lain
Andai aku bulan,
ku ingin menyinari kegelapan malam yang sunyi ini
Andai aku matahari,
ku ingin memberi sinar harapan pagi

Dunia memberi seribu arti
Ia memilih,
ia menerima dan menolak,
ia membenci dan merindu,
Ia menangisi dan menertawai

Andai aku punya sayap
kupilih terbang melintasi tebing yang menjulang
kuterima kenyataan dan menolak mata dunia
membenci hawa nafsu dunia dan merindukan dia
menangisi nasip negeri dan menertawai kabut kelam

Sunyi lebih baik.....
Dingin malam lebih nyaman
lapar lebih kenyang
nyamuk malam teman juangku

Arso 12 September 2008

SAKIT MUNGKIN TAK BERUJUNG


tabah kemarin, setiap sakit hati
Hari ini kudengar, sakit mungkin tak akan berujung
ini memang salahku...!

Kamkey, 14 Okt 2008

TAKUT MAMILIKI

Senyap malam tak senyenyap gejolak rasa ini
gelisa tak habis-habis
bingung dan sedih menuai tetes air mata malam
ku terteduh disetiap datang resah
ingin menguak cinta dan derita
tapi sejagat preman penjajah membumbung ketenangan
mereka masih setia menyetir jalan perjuangan ini
malam bangun dan siang pun ingin cepat berlalu

bukan karena mereka kutakuti hidupku
tidak juga menyayangi keakuhan
aku takut saat tak mampu memiliki kasih
aku takut saat kau kehilangan moral perjuangan
aku takut saat anak bangsa menakutiku
melihatku sinis bagai para preman penjajah itu
saat kau merasa terjajah atas kehadiranku
saat kau merasa takut memilikiku
atas jalur pilihanku...
saat itu hati ini tak tenang....

Bogor, 5 Agustus 2008


TIAP KUTIKAN


lirik lagu ku dengar,
sayup di hati...
alunan menawan hati
menghantar senja

tiap kutikan
menyentuh alam rasa
hanya kau laptop
hanya hatiku
yang bisa merasakannya

berlalulah senja
menyongsong hari gelap
malam yang penuh misteri

tak kuasa ku menahan rasa
biarlah ku menyudahinya

Btn Purwodadi, 09 November 2008, 18:25

UNTUKMU LAPTOP


Saat terbangun malam ini, hanya kau yang mampu melukiskan rasa dilayarmu
berharap kau menjadi teman dalam jalan duri yang sengit
kau menampung segala rasa ini.
dilayar putihmu, ku rangkai sedih air mata, benci dan duka
hanya kau yang mampu menyimpan segalanya. Hanya kau..!

Kerom, 2 Juli 2008, 2:53 am


TIADA SEINDAH HARI ITU

Tiada seindah hari itu
kau datang padaku
kau bisik kata mesrah malam
tak tahu sikapmu begitu kini
Bingung di kepala
sakit tiada henti di hati

Tidur tak sanggup
sunyi ini menjadi setan
lagu malam menusuk hati
menambah lelah dalam bisu

di kebisuhan pagi
ku tertidur sedih
seakan hari ini suram
tak ada semarak
hanya desahan nafas pasrah

Kerom, 7 November 2008




[+/-] Selengkapnya...

06/11/08

Titian Kelam

Mungkin... Tapi, memang begitu...
Padahal... Biarlah begitu...
Sekalipun... Tapi, sudahlah...
Memang...
Semoga...
Terimakasih...

[+/-] Selengkapnya...

12/08/08

Cermin Buat Indonesia

Victor F. Yeimo
(Editorial kabarpapua.com)

PAPUA BARAT masih menjadi wilayah konflik politik sejak wilayah ini diintegrasi kedalam Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) oleh dan atas kepentingan ekonomi politik Jakarta-AS. Konflik itu masih membara ulah Jakarta yang masih belum mempunyai kemauan politik dalam penyelesaian status quo ini. Gejolak politik di Papua Barat tentu bukan hal yang baru. Konflik tersebut tidak hanya memakan waktu puluhan tahun, tapi juga memakan korban ratusan ribu jiwa rakyat Papua Barat.

Akar persoalannya adalah Rakyat Papua minta pengakuan kemerdekaannya, sedang Jakarta tidak ingin pemisahan wilayah Papua Barat. Indonesia bahkan mereduksi akar persoalan ini semata persoalan sosial dan ekonomi masyarakat Papua Barat. Lantas, Jakarta terus memasung segala kebijakan sebagai pendekatan resolusi. Nyatanya, rentetan kebijakan itu tidak satupun berarti bagi rakyat Papua Barat. Bahkan, ikut menyuburkan konflik politik tadi. Dan lebih dari itu ikut membangun kesadaran politik rakyat Papua Barat akan penentuan nasip sendiri, lepas dari praktek-praktek penjajahan keji yang dilakukan oleh Indonesia di Papua Barat.

Kasus pengibaran Bintang Kejora (09/08) di Wamena dan rentetan pengibaran kasus sebelumnya yang terjadi secara sporadis di Papua Barat masih sebatas percikan bara dari akar persoalan yang ada. Lantas, cap "Separatis OPM", dan sebaliknya "NKRI Harga Mati" masih menjadi slogan mulia bagi Pemerintah Pusat, Ormas Agama Islam yang reaksioner, terlebih TNI/POLRI di Papua Barat yang seakan-akan memberikan pembenaran terhadap perlakuan sewenang-wenang mereka, seperti menangkap, menculik, menembak/membunuh rakyat sipil Papua Barat.

Kejahatan kemanusiaan pun dianggap mulia bagi negara yang ber-pancasila dan ber-UUD ini. Bagaimana tidak, akhir-akhir ini kita lihat dan dengar tidak ada pemberlakukan hukum yang adil atas banyak kasus kejahatan TNI/POLRI di Papua Barat. Dua bulan lalu, 10 anggota Kopasus Lantamal X Hamadi Jayapura memperkosa warga setempat, namun tidak ada keadilan bagi korban. Sampai pada penembakan di Wamena kemarin, Wapres Yusuf Kalla, Senin (11/8/2008) malah menuding perlakukan aparat Polri dan mengkriminalkan warga sipil yang melakukan aktivitas perayaan damai pada hari pribumi sedunia. Kelakuan pemerintah dan aparat yang anti hukum dan HAM ini juga ikut memperburuk wajah Indonesia di mata dunia.

Hal ini jugalah yang memicu Solidaritas Internasional dalam masalah Papua Barat. Solidaritas Internasional di Papua Barat, mulai dari komitmen pemerintah Vanuatu tentang dukungan kemerdekaan bangsa Papua Barat; Laporan Khusus untuk Pembela HAM Hina Jilani, serta Pelapor Khusus Penyiksaan Manfred Nowak yang mempermalukan Indonesia di pertemuan Dewan HAM PBB; Kunjungan Kongresman AS, Eny Faleomavaega beserta surat-suranya yang dialamatkan kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono; serta terakhir surat 40 kongres AS kepada Presiden SBY yang meminta pembebasan tanpa syarat Tahanan politik Filep Karma dan Yusak Pakage adalah beberapa rentetan bukti bahwa persoalan Papua Barat tidak dapat dianggap sebagai persoalan nasional Indonesia. Pertama, Presure internasional dalam masalah Papua Barat ini, paling tidak ada kesadaran Pemerintah Indonesia untuk bercermin kembali wajah aparat negara dalam memperlakukan bangsa Papua Barat selama ini, tanpa harus memberikan reaksi balasan kepada 40 kongres AS dalam masalah nasional Indonesia.

Kedua, Perspektif Indonesia terhadap aksi Solidaritas LSM, Support Group, Komisi PBB serta Lembaga negara seperti 40 surat kongres AS hingga pengibaran bendera Bintang Kejora, PBB dan SOS di Wamena yang merenggut 1 korban jiwa ini musti mengacu pada nilai-nilai Universal yang ada. Sebab, Indonesia sebagai bagian dari komunitas Internasional, dan sebagai Dewan HAM PBB telah meratifikasi sebagian besar konvesi HAM PBB. Desakan internasional itu musti dilihat dalam kerangka Universal, misalnya mengacu pada Deklarasi Universal HAM PBB tentang hak-hak sipil politik, hak seseorang untuk bebas berorganisasi dan berekspresi. Desakan-desakan itu sebenarnya tidak jauh dari semangat penghormatan terhadap nilai-nilai kemanusiaan yang disepakati dan diatur secara universal. Apalagi aksi di Wamena pada hari Pribumi Internasional adalah bagian dari semangat masyarakat pribumi terhadap Deklarasi Hak-Hak Penduduk Asli pada 13 Sepetember 2007 lalu, dimana Indonesia juga merupakan salah satu dari 143 negara yang ikut menyetujui Deklarasi itu.

Ketiga, Aksi rakyat dalam menuntut hak politik di Papua Barat tentu bias internasional. Masalah konflik politik Papua Barat sejak pendudukan Indonesia diwilayah ini, tentu erat kaitannya dengan Amerika Serikat, Belanda, bahkan PBB. Makanya, pemeritah RI tidak harus memandang persoalan Papua secara parsial, terlebih untuk menjadikan wilayah Papua Barat sebagai wilayah protektoral.

Menyoal Papua berarti ada catatan sejarah buram tentang status politik wilayah ini dan praktek-praktek penjajahan negara yang menuntut rekonsiliasi konflik yang proporsional. Pernyataan-pernyataan penolakan intervensi AS pasca surat 40 kongres AS serta kriminalisasi terhadap rakyat pribumi atas kasus pelanggaran HAM TNI/POLRI di Wamena ini ibarat meniup barah dalam sekam, dan oleh karenanya represi militer terhadap hak demokratik rakyat pribumi juga semestinya dihentikan.***

[+/-] Selengkapnya...

Aksi Kutuk Penembakan Opinus Tabuni, Jakarta 11 Agustus 2008

Aksi Front PEPERA PB Konsulat Indonesia Wilayah Jawa Barat di Depkes RI Bundaran HI dan Istana Negara Jakarta mengutuk tindakan kekerasan TNI/POLRI di Wamena yang menewaskan Opinus Tabuni saat perayaan Hari Pribumi Internasional. Lihat fotonya:







[+/-] Selengkapnya...

11/08/08

Hari Pribumi Internasional di Wamena: 1 Tewas Tertembak

Jayapura, [kabarpapua.com] -- "Tuhan Yesus, seandainya Engkau Tuhan berkulit hitam seperti orang Papua, pasti engkau menolong bangsa ini dari dulu atau saat ini. Tapi, engkau berkulit putih jadi biarkan bangsa lain mengambil nyawa kami. Dari pada air mata ini terus membasahi negeri ini, musnahkan bangsa Papua dari muka bumi ini", demikian satu bait doa yang diucapkan seorang Penginjil Tua di Wamena saat menyaksikan Opinus Tabuni (35) tertembak, Sabtu siang lalu di Wamena. Berikut Foto korban penembakan oleh TNI/POLRI dan Pengibaran Bendera bangsa Papua Barat, Bintang Kejora, bendera SOS dan PBB dalam kerumunan masyarakat Pribumi Papua Barat di Wamena.





[+/-] Selengkapnya...

01/08/08

Tangis Dogiay

Anak-anak mereka kini piatu
Sanak sodarnya menangis melelehkan air mata
Lelaki muda dipaksa sedih mengubar air mata
kini semua paham
kini semua tau sungai air mata bukan mimpi bukan khayalan
airnya jenih bagai danau Tigi-Tage
tak banjir dimusim penghujan
tak kering diwaktu kemarau tiba
sungai airmata selalu mengalir
entah dimana akan bermuara
tapi siapa yang mengerti
ikan emas engan hidup di disungai airmata
sebab ikan emas pun tau hakikat air mata adalah derita
tapi siapa pula tak mengerti
sekelompok manusia bergembira diatas perahu
melintas di sungai air mata
menebar pukat dan jalan
Dijalan-jalan berderet Ekstrada milik sekelompok klas sosial

Itu yang kudengar kemarin di Dogiyai
Itu yang kurasa hari ini pedih
178 meninggal dalam sebulan
Wabah buatan tangan penjajah merenggut nyawa mereka sekampung
Di layar kaca, ku lihat ku dengar
Retorika penjajah mengubur malu
Kaya negeriku, derita rakyatku
Derita tak berujung
Kemarin mereka, hari ini engkau, esok waktuku

Freeway, 1 Agustus 2008

[+/-] Selengkapnya...

Rindu Adik

Ade, kenapa engkau susah untuk sa hubungi seminggu ini
ade, benarkah kau lupakan kaka
masihkah ada setitik harapan di hati ade
Disana kau mengembara seorang diri
Disini setiap jalan tertutup

Ade, tidak ku tau kan kemana dikau
Diamku hari ini beribu rasa yang sulit sa jelaskan
Hari kemarin masih sama
8 tahun kita berpisah, duniamu tak ku tahu
dan kaupun demikian
tapi ceria masa silam masih terbayang jelas
kau adikku remajamu tak tahu kini
Sibuk pilih kuliamu juga tak
adik, kaka rindu.....!

Freeway, 1 Agustus 2008

[+/-] Selengkapnya...

Jakarta Kota Puisi

Jakarta bagiku kota puisi
Papua bagiku tanah prosa
kunyatakan segala apa yang terasa cinta
seluruh apa yang paling sa benci
apa yang tak kunyata-katakan itulah sisa
yang sengaja kutinggalkan
maka pahamilah
dusta adalah yang sebesar-besarnya dosa
selingkuh dan tipu
adalah saudara kembarnya,-

Freeway, 1 Agustus 2008

[+/-] Selengkapnya...

15/07/08

Zionis-Mossad Mengancam Papua Barat (Bagian II)

Victor F. Yeimo

Pantas. Dan memang itulah yang diharapkan dari menulis artikel ini. Proses berfikir kristis yang menguji kebenaran menjadi bagian dari kepekaan kita terhadap segala wujud musuh yang "paling mungkin" mengancam proses pembebasan tulus yang sedang dilakukan oleh pejuang kemanusiaan dan pejuang nasional bangsa kita, Papua Barat. Topik Zionisme dalam artikel itu ditempatkan sebagai musuh bangsa Papua Barat. Selanjutnya didukung oleh gejala-gejala terkini yang menunjukan sinyal akan adanya proses infiltrasi dalam kegiatan-kegiatan kerohanian, juga dalam perjuangan pembebasan nasional Papua Barat akhir-akhir ini.

Untuk memajukan diskusi seputar topik ini, saya berharap pada tulisan bagian kedua ini paling tidak memberikan pencerahan dari sub judul yang muncul secara tidak langsung atas komentar-komentar di www.kabarpapua.com dan milist diskusi ini (komunitas-papua milist -red). Saya tidak bahas hampir sebagian besar komentar yang tidak pada substansi topik, sebab saya tidak ahli dalam misiologi pelayanan umat Kristen di dunia. Itu mungkin tugas theolog. Tapi baik juga bila Akademisi Theolog atau Mahasiswa mengangkat/mengkaji menjadi sebuah tulisan yang komprehensif. Tugas saya adalah tugas pembebasan nasional Papua Barat, bagian dari perjuangan bangsa-bangsa pribumi di dunia yang mulai sadar akan penjajahan dan penghisapan dari hasil perselingkuhan zionisme dan imperialisme barat.Ini soal nasionalisme, pembelaan terhadap diri dan kemerdekaan tanah air.

Zionisme Musuh Papua

Zionisme itu ideologi resmi Israel. Mengapa ideologi ini ditentang oleh Papua Barat? merujuk artikel bagian pertama, saya jelaskan protokol Zionisme itu jelas-jelas meniadakan independensi bangsa kita Papua Barat. Protokol Zionis sebenarnya ada 25 dan semula berasal dari paparan Rotshchild pada pertemuan 14 Dinasti Yahudi. Kaum Yahudi menolak bila protokol itu dibuat oleh Mereka, tapi kenyataan hal itulah yang sedang terjadi: penggenapan protokol zionis. Tokoh sekaliber Henry Ford dalam bukunya The International Jew (1976) pun mengaku semua kejadian yang sedang terjadi di dunia sejalan dengan protokol Zionisme. Jadi sebenarnya Zionis tidak harus menuduh bahwa protokol itu sengaja dibuat oleh kelompok anti-semit (anti Yahudi) untuk memojokan bangsa Yahudi, sebab bila melihat jaringan banker, Media, Ekonom, Word Bank, IMF hingga PBB dibentuk merupakan hasil dari Zionisme untuk mengamankan kepentingannya: sentralisasi pemerintahan di dunia.

Dalam setiap diskursus Aliansi Mahasiswa Papua Internasional (AMP-I), paling tidak ada 3 kelompok yang sedang membunuh bumi ini. Sebutlah PAPA (Pemerintah, Perusahaan dan Agama). Bangsa Papua Barat telah menjadi korban dari Konspirasi PAPA. Gerakan Zionisme telah tumbuh dengan subur selama beratus-ratus tahun dalam PAPA. Kita, rakyat Papua dibuat sama seperti babi hutan yang berhasil dijinakan oleh Agama, dikurung oleh pagar yang namanya Pemeritah, dan diberi makan oleh Perusahaan. Setelah itu, terserah bagi PAPA sebagai pemilik. Jika kita berontak kita bisa dipukul hingga di bunuh. Apapun bisa dilakukan dalam kendali mereka.

Masuk akal tidak? Padahal, Kristen Protestan sewaktu Martin Luther menabur anti-semit yang selanjutnya memuluskan Adolf Hitler untuk membantai 6 juta kaum Yahudi (baca: Holocaust), Israel membunuh dan menghancurkan nyawa anti-semit di Eropa dan Timur tengah, jika demikian apa hubungannya Israel ingin memerdekakan Papua Barat yang dominasi berakar dari Marthen Luther? Perjuangan tulus rakyat Papua Barat adalah pembebasan nasional Papua Barat. Dan oleh karenanya, rakyat Papua Barat dalam melakukan perjuangan harus berdasarkan perspektif yang jelas dalam melihat wujud-wujud musuh yang ada dalam bentuk apapun. Maka sesungguhnya kegiatan-kegiatan kerohanian di Papua Barat yang lebih menonjolkan bendera negara Israel atau sejenisnya harus diwaspadai sejak dini.Rohani-rohani saja, politik-politik saja, sosial-sosial saja to..! agar jangan dianggap bagian dari PAPA.

Papua-Yahudi

Setelah pada 70 M bangsa Yahudi terusir dari Yerusalem, mereka berdiaspora (berpindah) ke belahan dunia.Ceritanya mereka ini berasimilasi dengan daerah tempat mereka berada, sehingga mereka menganggap diri mereka sebagai "kelompok agamis" dan bukan sebuah ras atau bangsa.Mereka yang berada di Jerman disebut: Jerman Yahudi; di Amerika sebagai Amerika Yahudi; Ingris Yahudi,dsb. Geliat nasionalisme bangsa Yahudi mulai terlihat saat mereka menyadari mereka sebagai suatu ras, bukan saja kelompok agamis. Maka penyatuan untuk membuat suatu bangsa zionis dibasis-basis orang Yahudi dilakukan. Palestina menjadi incaran resim Israel hari ini.

Masih dalam perspektif yang sama, anggapan yang berikut ini adalah Papua-Yahudi. Orang Papua dianggap sebagai bagian dari suku Yahudi yang berdiaspora ke Papua. Dari pengalaman orang Papua, seorang pemimpin denominasi gereja di Papua misalnya, ia diagnosis bahwa darahnya sama dengan orang Yahudi merupakan pertanda bahwa adanya suatu usaha zionisasi orang Papua atau membangun bangsa-bangsa Zion di wilayah (bangsa) yang menjadi incaran mereka untuk kepentingan resim borjuasi Israel.

Papua Yahudi Mendukung Kejahatan Kemanusiaan Israel

Pembantaian Rakyat sipil yang tak berdosa di Gaza dan Libanon masih dilakukan oleh resim Israel (baca: Fakta-Fakta Kebrutalan Terorisme Zionis Israel atas Palestina). Agama dipakai sebagai alat legitimasi atas kejahatan yang mereka lakukan. Padahal, kitab suci agama Yahudi maupun Kristen tidak membenarkan tindakan-tindakan itu.Padahal, PBB yang dilahirkan dari rahim Zionis itu, sesuai piagamnya: Menjaga Ketertiban dan perdamaian dunia bisa menyelesaikan Konflik berdarah ini melalui jalur-jalur dialogis yang damai. Paradoksal tentang kelayakan pemilikan Yerusalem di Palestina masih berlangsung. Israel dianggap sedang menjajah Wilayah itu, sedang atas nama tanah perjanjian, Muslim Palestina yang telah bermukim lama dianggap bukan sebagai bangsa Yahudi yang layak di Palestina.

AS maupun Inggris sudah banyak membantu invasi Israel ke kamp-kamp milik warga Palestina. Bagi Israel, infiltrasi kedalam kepentingan bangsa-bangsa di dunia harus dilakukan sehingga bangsa-bangsa itu menjadi bangsa Zion yang mendukung segala kebijakannya, termasuk serangan-serangan membabi-buta yang sedang mereka lakukan di Palestina.

Inilah yang diharapkan dari bangsa kita, Papua Barat. Saat kita dianggap punya penafsiran tentang akar filosofi dan ideologi yang sama: Zionisme, maka sebagai wilayah mayoritas Kristen, Papua Barat dan wilayah-wilayah di kawasan Pasifik - Melanesia agar mengemban misi itu, baik lewat aktivitas-aktivitas pelayanan rohani maupun bantuan dalam bentuk apapun. Padahal, 'mereka' mengajar kita keadilan dan perdamaian, sedang mereka (Israel) membuang jauh-jauh dengan jargon: Misi Suci. Lantas, persembahan gereja oleh orang Papua untuk bantu misi ke Israel itu untuk apa? mengapa tidak pernah ada persembahan khusus bagi TPN/OPM di rimba raya.

Konflik Timur Tengah Jangan Ke Papua Barat

Banyak pendapat konflik Timur Tengah adalah Konflik antara Agama Barat dan Islam. Di negara-negara islam seperti di Indonesia banyak kalangan dari Muslim memakai topik Zionisme dan imperialisme dalam memberikan pembealaan terhadap warga Palestina yang notabene Muslim Arab. Wilayah itu masih menjadi polemik dua keturunan Ismail dan Isak. PBB menjadi organisasi dunia yang tumpul dalam memecahkan konflik berkepanjangan ini. Baru-baru ini menguak isu Potensi konflik agama di Papua (baca:ICG). Menarik untuk disimak! Secara nyata tidak ada potensi itu, tapi pemberitaan ini bagi saya tidak begitu jelas siapa yang mengemas dan apa targetnya. Namun, bahwa Inflitrasi Islam dalam perjuangan politik sedang terjadi.

Dalam beberapa kasus yang saya temui, misalnya di Jakarta, sebagian Mahasiswa Papua Barat diorganisir oleh salah satu organisasi jaringan Muslim lewat bentukan club bola yang bernama "Rasta Club". Akhir-akhir ini mereka mulai merubah visi dari sebatas bola menjadi misi Muslim yang ditujukan ke Papua Barat. Anggota-anggota dalam club ini difasilitasi upah yang menggiurkan. Menurut pengakuan salah satu kawan yang keluar dari jaringan ini, kelompok jaringan ini didonor langsung dari Arab dan berada dibawah kontrol pemerintah RI. Upaya-upaya dalam kepentingan misi agama di Papua merupakan ancaman bagi kemerdekaan Papua, sebab selain misi islamisasi dengan penyebaran migram muslim di tanah-tanah adat masyarakat Papua Barat, mereka juga mengusung ideologi syariat Islam untuk NKRI. Wilayah Papua Barat diklaim wilayah muslim yang musti berada dalam NKRI. Inilah pandangan yang harus dilawan oleh segenap rakyat Papua Barat yang ingin merdeka.

Adalah dampak dari konflik Timur Tengah. Dendam warga muslim di seluruh dunia terhadap resim Israel paling tidak akan mempertajam misi mereka di Papua Barat, tatkala bendera Israel menutupi wajah perjuangan politik bangsa Papua Barat. Perjuangan nasional Papua Barat bukan tidak mungkin direduksi sebagai kepentingan Zion di Papua Barat.

Papua itu Papua

Terlepas dari segala bentuk ideologi dan kepentingannya yang manjamur dimana-mana, Papua Barat haruslah menjadi bangsa yang menjadi diri sendiri. Cukup sudah sejarah 1961, 1962, 1963, 1967, 1969 dan 2001 menjadi pengalaman pahit bagi bangsa Papua Barat. Kita masih menjadi korban dari kepentingan-kepentingan itu. Dan generasi masih tak mampu memetahkan konstalasi politik dan geopolitik kepentingan ekonomi-politik dunia. Dari jargon: "Kaka Bas Pulang Kampung" hingga topik ini, kita masih belum mengerti: Apa itu kebijakan Otsus, siapa dibalik Kebijakan ini, dan apa yang dilakukan dengan uang Otsus itu terhadap kegiatan Zionis? serta siapa intelijen Israel-Mosad didalam kekuasaan penjajah RI di Pemerintah Daerah Provinsi Papua.

Otsus melahirkan investasi yang tidak logis di Papua Barat, Pemekaran, malpraktek pemerintahan di Papua Barat, dan kejahatan kemanusiaan dan ketidakadilan yang stagnan. Dalam kondisi ini, aktivis kemanusiaan dan perjuangan politik bangsa Papua Barat masih saja mencari jati diri dari gerakan kepentingan bangsa lain. Adalah sesuatu jauh dari urgensi kebutuhan pembebasan nasional Papua Barat. Kita harus buang segala keyakinan yang fiktif bahwa pembebasan datang dari Israel, Amerika, Inggris, Vanuatu yang tidak lebih mereka hanya punya supporting power, atau dari sumber manapun. Sebab, bicara tanah air, bicara tentang urat nadi kita sendiri. Darah itu harus berjalan lancar, dan ia akan lancar bila orang Papua sendiri melakukan aktivitas perjuangannya sendiri. Orang Papua Barat harus menjadi diri sendiri.

Kita Belum Solid Tapi Mimpi Solidaritas Internasional

Kita butuh intervensi negara lain dalam soal kita, tapi kita belum mampu membenahi diri sendiri dan organisasi perjuangan. Kenyataannya, kita terbuai dalam kepentingan kekuasaan NKRI di Papua Barat. Mahasiswa masih mendulang ijasah dibanding kuliah terdidik untuk kritis dan menjadi revolusioner Papua Barat.Tetua -pelaku sejarah- hilang satu-satu, sedang yang lain menjadi objek kepentingan Partai dan kedudukan elit-elit lokal NRKI. Mimbar-mimbar gereja menjadi tempat kompanye politik dengan kedok kebenaran Firman Tuhan. Parahnya, jemaat tolak Otsus pemimpin-pemimpin gereja dukung Otsus sembari sibuk buruh dana Otsus.Masyarakat adat tolak Otsus Dewan Adat tunggu dana Otsus demi nama Perjuangan. Pemuda Mahasiswa demo anti-NKRI tapi jatuh dalam pelukan Parpol RI dan Pemekaran yang semakin gencar. Yang lain berlindung dalam NGO sambil makan uang Otsus. Kapan kita mau menjadi diri sendiri?

Orang Papua jangan bermimpi atas nama ras, agama dan atau akar ideologi negara lain akan datang memerdekakan tanah air ini. Tidak logis atas nama kemanusiaan Israel datang bantu Papua, sedang ia sendiri tidak mempunyai rasa kemanusiaan atas warga Palestina. Negara-negara sibuk dengan kepentingannya sendiri. Negara PNG tetangga kita sekalipun, Michael Somare lebih mementingkan kepentingan ekonomi-politiknya dari pada Identitasnya sebagai Papua yang seharusnya punya rasa tanggung jawab keluarga bagi Papua Barat.Amerika Serikat sibuk mengamankan kepentingannya di kawasan pasifik -termasuk wilayah kita, demi kepentingan ekonomi-politik (baca: geliat negara-negara dalam pertemuan G8 kemarin). Kapan kita mau urus internal kita?

Inisiatif bersatu pun tumbuh patah-hilang berganti. Pertemuan-pertemuan hanya meninggalkan keputusan yang tak bernyawa. Banyak orang bicara Merdeka tapi tidak ingin mengorganisir diri dalam organisasi gerakan dan melakukan kerja perjuangan. Nafsu publikasi diri dan unjuk diri lebih hebat mengidap aktivis.Penipuan masal gemar dilakukan atas nama perjuangan. Banyak aktivis penyedot keringan rakyat Papua yang papa atas nama perjuangan. Tanpa sadar perjuangan dilakukan menuju Fatalisme gerakan. Kapan baiknya

Diskusi Topik

Topik tentang Zionisme dan Mosad perlu dijadikan diskursus yang lebih maju. Generasi Papua Barat yang mengeyam di bidang Theologi, Islamologi, Gereja dan Masyarakat dan Aktivis Papua Barat musti menempatkan waktu dan ruang soal ini, agar jangan terus menerus berada dalam kemiskinan berfikir -pinjam kata-kata Ismail Asso. Pemimpin-pemimpin gereja hendaknya mensiasati segala hal yang melibatkan bendera Israel dan konflik TImur Tengah yang berkepanjangan, agar mampu menempatkan posisinya dalam perjuangan nasional yang sedang dilakukan oleh rakyat Papua Barat.

Soal topik ini, rencana diskusi terbuka di STT Walter Post, Jayapura. Bagi Gereja, Aktivis Mahasiswa Pemuda bisa terlibat. Sebab soal nasional adalah tanggung jawab Agama, Akademisi, Intelektual, Pemuda dan organisasi perjuangan.

[+/-] Selengkapnya...

25/06/08

Zionis - Mossad Mengancam Papua Barat (Bagian 1)

Victor F. Yeimo


KEDOK Mossad mulai nampak dalam wujud spiritual di Papua Barat. Anda tidak perlu heran bila gerakan zionis mulai nampak di sekeliling anda yang berada di basis-basis kristen. Kalau di Jayapura dikenal kenal dengan gerakan Zion Kids, suatu gerakan yang kini berhasil menghimpun seperempat umat Kristen di Tanah Papua. Sebagian dari aktivis Papua Merdeka dan lebih banyak dari kaum moralis, Pdt/Pastor.

Dalam kubu Aktivis Papua Merdeka, tentu punya alasan dengan perjuangan Papua Merdeka. Mereka yakin hanya Israel yang mampu mengibarkan bintang Kejora di Papua Barat pada tahun 2010. Dan oleh karena itu, Mossad melalui beberapa pelayan Tuhan dari Yahudi yang akhir-akhir ini bertandang ke Papua dalam bentuk KKR dan Pelayanan Rohani lainnya selalu mempercayakan kepada mereka bahwa bila Papua Mau Merdeka orang Papua Barat dan lebih khusus TPN/OPM harus memaafkan TNI/POLRI + Pemerintah RI yang menindas rakyat Papua Barat. Itu langka I menuju kemerdekaan.

Begitu juga dengan para Moralis tadi. Mereka berkutat pada ajaran Firman Tuhan tentang penggenapan akhir zaman. Mereka percaya bahwa Papua Barat merupakan tanah perjanjian Tuhan dan atau Tanah yang terhilang dan menjadi kewajiban bagi Israel dalam merebut kembali tanah itu sebagai akhir dari pelayanan, akhir Zaman. Tugas mereka adalah berdoa bagi bangsa Israel. Mereka yakin pembebebasan akan terjadi di Negeri ini.

Memang, hampir sebagian pengikut belum memahami wujud dari gerakan itu, misalnya mengenai Zionisme dan kepentingan ekonomi politik yang telah menjarah hampir 70% negara-negara dunia ke tiga. Bila melihat rekaman sejarah tentang "konspirasi global", maka disana kita akan temukan aktor-aktor yang sedang menglobalisasi struktur pemerintahan dan ekonomi dunia. Protokol Zionis itu jelas-jelas dilaksanakan tanpa sadar oleh organisasi-organisa si di Dunia (termasuk pemerintah dan organisasi Agama), tanpa menyadari segala kebijaksanaannya sedang diarahkan dalam target protokol zionis. Dalam hubungannya dengan Papua Barat, gerakan tadi secara langsung melakukan mandat Zionis, karena tujuan dari protokol itu adalah menguasai dunia dengan intervensi masalah-masalah mereka, termasuk kemerdekaan Papua Barat.

Apa targetnya? Tentu saja menguasai ekonomi dunia. Papua Barat dipandang sebagai wilayah yang memiliki potensi ekonomi bagi kantong negara-negara zionis, seperti As dan sekutunya. Taktik pendekatan religi dari Mossad, injelijen paling kaliber saat ini di dunia adalah menawarkan investasi bagi organisasi Agama yang bekerja sama dengan pemerintah di wilayah yang punya kadar ekonomi tinggi. Misalnya, di Paniai KKR baru-baru ini oleh sala satu pelayan dari Yahudi mengatakan 10 investor asal Israel akan tiba di Enarotali. Mereka yang telah berbondong-bondong masuk kedalam misi ini tentu punya fasilitas yang terjamin.

Demikian berbahanya, Zionisme dalam hal kepentingan ekonomi politik di Papua Barat, tidak salah -dan harus- kita telusuri wujud dari misi ini dari pangkalnya, tanpa menghilangkan missi suci -misi Agung- Tuhan Yesus -menurut kepercayaan umat Kristiani- dari sisi Alkitabiah. Yang harus dibedahkan oleh seluruh pemerhati, baik akademis theologi, Gembala dan pemipin-pemimpin organisasi (denominasi) Gereja di Papua Barat adalah, Zionisme dalam misi suci, dan Zionisme dari kepentingan kekuasaan.

Baiklah, untuk yang pertama tidak saya gubris disini, karena itu urusan mereka yang bergelut dalam pelayanan suci: Pengembalaan dan penyebaran injil ke seluruh dunia -Alkitab bilang begitu. Zionisme dalam pandangan kepentingan kekuasaan sudah banyak kali menjadi diskursus kalangan anti-imperialisme, baik di lingkaran syariat islam maupun gerakan ideologi sosialis (Marxisme/Leninisme ). Zionisme ditempatkan sebagai suatu ajaran (ideologi) yang telah melahirkan imperialisme negara-negara liberalis seperti AS, Eropa dengan pusat kendali Israel. AS dalam struktur ekonomi-politik, atau katakanlah kebijakan luar negerinya tentu dikendalikan oleh organisasi-organisa si hasil konferensi Meja Bundar seperti: Federal Reserve, CFR, Bilderbelger, Club of Roma, .Trilateral. Tujuan organisasi-organisa si ini tentu menyukseskan protokol Zionis, yakni salah satunya Membuat Pemerintahan Tunggal di Dunia.

Bicara Zion berarti bicara bangsa Yahudi, sebuah bangsa yang telah dianggap punya bakat-bakat luar biasa dalam alam pikir. Oleh karena itu mereka berikrar untuk membangun bangsa-bangsa zion di dunia. Intinya negara -bangsa zion harus menguasai dunia dengan berbagai cara sehingga bangsa-bangsa lain menyerahkan kedaulatannya. Dari buku panduan sebanyak 24 protokol yang saya baca, beberapanya yang telah dilakukan adalah: membuat kekacauan, membuat keseimbangan kekuasaan, komunisme, kapitalisme, kemanusiaan sekular, interpol, bunga atas pinjaman, bond (obligasi) sehingga dunia bisa dikuasai melalui kekuatan ekonomi-politiknya.

Indonesia paling tidak telah menjadi korban yang imbasnya sampai ke Papua Barat, negeri kita dengan pendudukan kapital global (PT.FI misalnya) dan jauh sebelumnya melalui misionaris yang telah melakukan eksploitasi nilai-nilai budaya bangsa Papua Barat sebagai awal pendudukan doktrin zionisme. Contoh terbaru bagi di Indonesia dalam pasar sekuritas saja, mereka harus menerbitkan obligasi pemerintah di New York. Dan tentu yang investornya paling banyak diborong oleh AS saat lelang beberapa waktu lalu. Artinya, struktur ketergantungan ini tidak akan putus sejatinya Venezuela atau Kuba yang jelas-jelas fight.

Masih ingat kasus Kosovo? waktu lalu sa sempat buat artikel dengan judul : "Kosovo dan Papua Barat dalam Konfrontasi Internasional" . Anda bisa lihat intervensi NATO dalam penyelesaian kasus Kosovo. Arsitek NATO tentu saja CLUP of ROME, satu badan milik Zion. Kosovo jatuh dalam pelukan zion bukan karena Kosovo mengalami penjajahan dan sejenisnya. Kosovo itu punya warga Muslim yang tentu tidak masuk akal bagi Zion melakukan missi suci. Itu namanya misi ekonomi dan politik.

Lantas, apa yang musti disalahkan bagi gerakan zionis di Papua Barat?

Tentu misi itu bukan misi yang suci, atau bagian dari pelayanan pemudiran, sesuai mandat Alkitab bagi para misionaris. Alkitab tidak pernah menyebut Negara Israel, tetapi bangsa Israel yang ia sebut sebagai bangsa pilihan Tuhan. Alkitab tidak pernah mengatakan bangun kerajaan di dunia. Tapi Ia mengatakan kepada ke-12 muridnya, di bukit zion (Saitun), bahwa ia akan kembali dan membangun kerajaan dunia. Beberapa pelayan Tuhan yang sudah tergabung dalam gerakan Zion Kids di Papua Barat gemar mengobar misi mereka bangun (mempersiapkan) Kerajaan di dunia (mungkin juga Papua Merdeka bagian dari misi itu), adalah sesuatu fitnah dan diluar perintah Tuhan dalam Alkitab. Ini bukan usaha penggenapan Firman Tuhan, tetapi usaha penggenapan misi Zionisme milik Negara Israel (kaum Illuminati).

Di Papua Barat, ada Jaringan Doa Sahabat Sion Papua (JDSSP) yang dibentuk dibawah pengawasan PGGP (Persatuan Gereja-Gereja Papua), semua wakil dari denominasi gereja ada disitu dalam misi khusus mendoakan bangsa Israel. Beberapa dari mereka telah bertandang ke Israel dalam suatu misi. Pulang dari sana, mereka semakin giat melakukan pelayanan-pelayanan rohani yang tentu sangat penting bagi umat Tuhan di Papua Barat. Visi Misi mereka cukup baik. Namun tulisan ini paling tidak menguak apa dibalik pelayanan suci dalam hubungannya dengan misi zionisme (ekonomi-politik) .

Dalam suatu KKR yang dibuat di depan Ekspo, Waena, Jayapura, bisa lihat pemandangan yang cukup menarik. Latar belakang panggung bergambar pulau Papua Barat bergambar bintang kejora, namun bintangnya memakai bintang daud (Israel). Ini berarti ada relasi yang tidak saling pisah antara misi politik dan misi suci dari pelayanan ini. Genaplah sudah apa yang termuat dalam protokol zionisme, intervensi terhadap kedaulatan suatu bangsa, termasuk perjuangan mereka.

Papua Merdeka tidak Ada kaitannya dengan Israel

Dalam suatu perdebatan singkat beberapa waktu lalu di Lingkaran bersama sala satu kawa aktivis Papua Merdeka yang telah menjadi pengikut fanatik zionis yang kebetulan saya ketemu, dengan suara menantang, ia mengatakan, "kawan Tuhan kebetulan temukan sa dengan ko disini, saya mo kas tau, kalau Papua tidak akan merdeka bila kalian tidak mendoakan Israel, bila kita masih benci dengan TNI/POLRI dan Pemerintah RI yang membunuh (menjajah -VY) tong. Israel harus bebas baru kita pasti merdeka. Mereka pasti kasih merdeka kita tahun 2010", demikian dengan nada yang meyakinkan, alias penuh PD.

Ia dan pengikutnya tentu terhipnotis dengan janji-janji misionir Yahudi yang telah ditunggangi oleh Injelijen Mossad. Ia seakan-akan memaksa saya untuk, paling tidak, memberi pencerahan tentang kasat-kusut zionisme di dunia khususnya di Papua Barat. Akhirnya berakhir pula dalam suatu kesimpulan -yang entah dia terima atau tidak, bahwa kemerdekaan Papua Barat tidak ada hubungannya dengan Israel. Papua Merdeka tidak ada hubungannya dengan Islam vs Kristen. Papua Merdeka tidak ada hubungannya dengan penggenapan protokol zionisme. Papua Merdeka adalah keharusan bagi bangsa Papua Barat tanpa batas waktu atau alasan dengan lebel apapun. Yang punya wilayah (tanah dan air) adalah makluk yang mendiami didalam pulau ini, bangsa Papua Barat, ras Melanesia. Bukan bangsa Melayu, bangsa Yahudi atau siapapun/kelompok manapun yang merasa memiliki pengetahuan rahasia dari sumber manapun.

Papua Merdeka adalah perjuangan politik bangsa Papua Barat. Baiklah, siapapun yang punya kependulian tentang tanah ini harus bekerja (berjuang) dengan segala kekuatan yang telah diberikan oleh Allah bangsa Papua Barat, karena siapapun yang bekerja bagi pembebasan Papua Barat, ia sesungguhnya yang empunyai kerajaan di hati sebelum tiba tanda heran satu ke tanda heran yang lain. BERSAMBUNG...

[+/-] Selengkapnya...

22/06/08

Darahmu dan Mereka Lalat Berjas-dasi

Kaukah itu...?
Engkau yg masih menghiasi dalam sayatan sejarah ini?
dalam tak kuasa, di ujung jalan kau taburi wajahmu penuh noktah merah..kau masih ada dan masih menghias.

Tertidurlah sayang
pangkuan ibu pertiwi hangat terasa
tidurlah diatas tulang belulang itu
kemarin mereka, hari ini engkau dan besok waktuku..

Ini sejarah kita, kemanusiaan tidak berpihak, keadilan pun tak.
Kita hanya punya satu sejarah
"hidup untuk dibunuh, matipun tak layak"
Surga tidak lagi milik kita.
Ia milik mereka kaum moralis
Mereka lalat berjas-dasi
yang menghisap daramu dengan rupiah

Tumpah darahmu, pupuk darah juangku
Darahmu doamu, bagiku rajin tuk sampaikan maksud-Nya

---Kamkey, 23 Juni, 1:44 am----

[+/-] Selengkapnya...

09/06/08

Hadapi Resesi Dengan Nilai-Nilai Budaya Papua

Victor F. Yeimo

Dalam suatu seminar bedah buku yang berjudul "Mungkinkah Nilai-nilai Hidup Budaya Suku Mee Bersinar Kembali?, karya Ruben Pigay, S.pak, yang dihadiri masyarakat umum dan pelajar SMU, tidak lama ini di Aula STT Walter Post II, Nabire, Papua Barat, membuat saya tertuju dalam satu dari makna penting dari keseluruhan diskusi yang telah memaksa orang Papua, khsusnya suku Mee di Paniai untuk kembali kepada nilai-nilai budaya Mee. Ternyata, tradisi suku Mee dalam corak produksi tradisionalnya mampu memberikan solusi ditengah ancaman krisis energi dan faktor geopolitik dunia yang berdampak pada naiknya harga kebutuhan pokok di Indonesia, lebih khusus di Papua Barat.

Yang harus disadari dan tra boleh disangkal adalah bahwa pergeseran fluktuatif terjadi dalam kehidupan budaya hampir setiap suku di Papua Barat sejak pendudukan koloniaslime Indonesia. Indonesia yang pada masa Orde Baru sebagai suatu kekuasaan 'boneka AS' menjadi jembatan ke Papua Barat bagi penyeberangan budaya imperialisme global, suatu kekuatan yang telah memaksa penduduk pribumi menikmati arus modernisasi sebagai konsekuensi logis. Praktek kolonialisme melalui ancaman pemekaran wilayah kekuasaan kolonial Indonesia yang bersamaan dengan suplai penduduk migran dan perluasan daerah teritori militer paling tidak menjadi faktor utama dari dampak evolusi budaya suku-suku di Papua Barat.

Praktek eksploitatif itu ditandai dengan memudarnya etos kerja beternak dan berkebun yang lalu begitu luar biasa dalam nilai-nilai budaya suku Mee. Hampir dataran tanah adat Mee yang dulu menghasilkan flora nan hijau sebagai sumber konsumen kini menjadi dataran tandus yang tidak ada nilai guna bagi kelangsungan makluk hidup. Bila orang Papua sudah tidak mempunyai dusun/kebun lagi atau hubungan timbal balik antara alam dan manusia terganti dengan ketergantungan terhadap produk luar, atau bila Orang Papua Barat dipaksa menajadi manusia-manusia era moderen yang mempunyai permintaan konsumsi yang sama. maka bahaya globalisasi yang kini ditandai dengan kenaikan harga BBM, tidak mungkin tidak menjadi ancaman masyarakat adat Papua Barat.

Memang bahayanya tidak separah yang dialami daerah-daerah lain di Indonesia dalam hal kenaikan barang dan jasa, terutama kenaikan harga sembako dan jasa-jasa transportasi, dan kelihatannya bagi rakyat Papua aksi protes kenaikan BBM massa FPN (Front Pembebasan Nasional) yang menjalar di Indonesia (tidak di Papua Barat) belum menunjukan perjuangan bersama, namun paling tidak kenaikan harga BBM mengakibatkan permintaan yang semakin menggelembung bagi kaum migran Papua yang menguasai sektor perdagangan, transportasi dan industri. Bagi mereka, kondisi ini merupakan kesempatan untuk memperbesar kantong penghasilan mereka. Sebab, banyak uang Otsus yang beredar di tangan orang Papua Barat menjadi incaran bagi mereka.Contoh, bila di Entrop, Jayapura beberapa waktu lalu terjadi mogok sopir angkot menuntut kenaikan tarif harga transportasi, bagi rakyat Papua Barat, hal itu bukan suatu ancaman, padahal, dengan tarif 4.000 pp Entrop-Abe, omset sehari bisa mencapai sejuta hingga dua juta, atau sejajar gaji sebulan PNS golongan menengah. Ini semakin memperkuat ketergantuangan bagi orang Papua Barat dalam segala aspek yang tentu saja telah didominasi oleh kaum migran (orang pendatang).

Sistematis dan tepat sasaran. Itu kalimat yang pas buat keberhasilan praktek kolonialisme Indonesia di Papua Barat, terhadap orang Papua Barat. Penindasan dan penghisapan menjadi nyata, tatkala orang Papua Barat sendiri seakan-akan meng-iyakan itu terjadi. Saat-saat tidak ada lagi kesadaran berdaulat diatas tanah airnya, saat-saat itu tawaran posisi stategis di daerah-daerah pemekaran baru menjadi sasaran empuk. Partai-partai politik diboyong habis kaum intelektual yang seharunya menjadi revolusi nilai-nilai budaya Papua Barat. Pilihan itu menjadi keharusan, sebab sumber penghasilan pangan dan ternak sudah tidak ada lagi.

Suku Mee harus kembali kepada nilai-nilai yang dahulu", demikian ajak Ruben Pigay yang sudah beranjak di usia senja dalam bukunya. Buku itu seakan-akan memaksa saya merenung sejenak dan tidak lain, hanya nilai-nilai budaya yang mampu mempertanhankan kondisi sosial, ekonomi-politik suatu wilayah. Sekalipun tingkat konsumsi minyak dunia tidak lagi sepadam dengan produksi minyak dunia, tetapi sepanjang rakyat Papua Barat, khususnya suku Mee bisa membudayakan kembali aktivitas berkebun dan beternak, maka bukan tidak mungkin wilayah dan orang Papua Barat tetap resistan dalam menghadapi penjajahan dan penghisapan global.

[+/-] Selengkapnya...

21/05/08

Hari ini & 3 Tahun Lalu

Hari ini dan tiga tahun yang lalu yang tak dapat sa ungkap. Smua Dia yang tahu sgala rasa yang tra mau berujung ini.

[+/-] Selengkapnya...

10/05/08

Desiran Angin Malam

Hujan tak mau berhenti.
Angin menyusup setiap celah kamar.
Dingin. Bulu kuduk berdiri setegap tiang.
Hampa menyelimuti.
Tembok-tembok membisu.
Tra mau bersahabat.
Alunan rintik hujan menemani sunyi malam ini.
Malam, cepat beralalulah bersama rasa

--Gresik, May 07, 2008. 23:11

[+/-] Selengkapnya...

25/04/08

Yu No Save Jensim

Mama, lirik lagu ini sa dengar. Sa hancur.
Sa su coba peluk rasa ini dalam-dalam.
"mam tdk bisa pegang hp krn mam pu tulang2 skt"
itu SMS terakhir kemarin buat sa lemah.

Saat itu, sa di alam revolusi
Suatu jalan yang kita pilih bersama mam...
Jalan restu yang mam kasih...

Mam....!
Kemarin semua melihatku sinis.
Keharusan ditutupi dengan kefatalan.
Mereka bilang sa detruktor revolusi ini
Setiap sa bangkit, mereka memandangku penuh konfrontasi
Kehadiraku merasuk ketenangan mereka,
hingga ke alam mimpi mereka

Haruskah sa biarkan fatalisme perjuangan ini terjadi?
Tidak, yang benar tetap benar, itu yang mam bilang
Progresif dan profesionalisme dalam perjuangan sangat penting
Apalagi bermimpi bangun suatu organisasi negara
Tidak ada alasan primodial untuk membenarkan ketidakmampuan dalam perjuangan

Mam...
Hari ini penyesalan mengelabui delegasi
Port Vila, ibukota negara itu seakan-akan hanya menjadi kunjungan wisata delegasi
Tidak banyak terjadi. Hanya membawa pulang kebingungan
Mereka tak dengar,
Kebanaranku dibalas fitnah yang ditujukan pada sa
Ternyata perjuangan ini masih menjauh mam...
Di pulau dewata, sakit dua itu akibat smua ini.

Mam,
Sa capeh skali.
Cape pikir smua ini.
Relung malam ini masih tidak terlepas dari piluh bertubi mam
Irama lagu senduh malam ini menambah kepedihan begitu dalam
Dua jam telah berlalu dalam kepedihan
Masih bersama judul dia mereka dan aku....

Mam.. Sa rindu ada dalam pelukan mam malam ini..
sungguh....!

[+/-] Selengkapnya...

19/03/08

BAHAYA KECELAKAAN POLITIK: WIN-WIN OPPORTUNITY

"Sekedar kerangka berfikir bersama dalam menyikapi aksi-aksi perjuangan"

Oleh: Victor F. Yeimo

Pengalam Lalu: Siapa yang salah

Sejarah seharusnya menjadi guru yang baik dalam melakukan perjuangan pembebasan nasional Papua Barat. Pertama, Secara de facto 1 Desember 1961, rakyat Papua Barat berikrar mendirikan negara Papua Barat, nyatanya Jakarta dengan misi trikora mengklaim itu negara boneka, hasilnya pendudukan NKRI di bumi kasuari ini; kedua, PEPERA 69 paling tidak DMP difungsikan dan bisa jadi kemenangan rakyat Papua, ternyata 1025 jiwa berhasil diringkut untuk memenangkan PEPERA; ketiga, sebagai reaksinya, OPM bermula di Manokwari melakukan perlawanan, hasilnya rakyat Papua Barat korban militer sebelum dan sejak DOM di Papua Barat.

[+/-] Selengkapnya...

28/02/08

Emosi Revolusi Dalam Kekuatan Cinta

Dalam darah juang ini, tak pisahnya dari dua hal yang telah memborong perhatian, hadir dan semakin tak dapat sa bendung, banyak menyita perhatian, mengisi ruang-ruang massa puber yang semakin senja, antara romantisme dan revolusi. Dua hal yang meruba wujud pembentukan rohani dan mentalitas. Membuat sa jatuh dan bangkit demi makna terselubung dalam hidup ini.

Perjuangan belum berakhir, dan tak rubahnya, deras penjajahan tak henti. Ia mengalir membentur bilik hati yang merana pengharapan. Menusuk dan semakin menjadi-jadi, hingga tujuh jurus mengelola emosi, karya Dudung yang pernah sa baca, tak mempan lagi. Sebuah kondisi sub-human, tutur Dom Helder Camara, dari praktek penjajahan, menjadi nyata pada saya dan semua kolega saya yang berada di hutan belantara, di jalan-jalan demonstrasi anak bangsa, dan di jeruji besi kolonial Indonesia.

Pada bagian ini, perlawanan emosi mengganti Ak-47 dan M-16, senjata mental yang jelas-jelas tak berpeluruh, yang ku pikul dengan capeh setiap saat berjalan melalui rimba kehidupan yang penuh tantangan di alam hasrat. Saat-saat dimana sa membutuhkan pengharapan. Ini memang jalan revolusi tak berwujud, saat dimana aku butuh saat-saat teduh yang panjang bersama dalam ruang lain dari satu atap konsentrasi ini.

Di ruang-ruang yang lain itu, mirip cinta agape turut memaknai darah juang. Selayaknya manusia, secara kodrati, ia kekasihku, bukan sekedar kebutuhan rohani, tapi tak ubahnya sebuah pengasah pedang tempur. Aku pedang tempur yang diasah di medan revolusi. Dia yang tak dapat ku rangkai dalam bait-bait puisi malam.

Bisik-bisik kecil kita semalam, terlarut dalam emosi, hingga kekasih, kau tinggal tugasmu, hampir bangun kesiangan, di ruang klas itu, kelopak mata berkedip dan tak membuka lama. Emosi ternyata membuat kita terlena. Bukan karena benci, tapi semua karena cinta agape.

Hadirnya di sore kemarin, membuka pendengaranku melebar, mata hati menjadi sensitif, pembulu darah menjadi besar. Saat itu, seperti puisi Pablo Marinda, sa ucap kata dalam menaklukan emosi kami semalam, sebuah pembahasan kecil yang memaksaku memaknai arti penting dari sebuah komunikasi.

Bayang-bayang emosi penjajah masih mengikuti, disaat bicara kita kemarin tentang penghianat bangsa kita, Papua Barat yang menggerogoti kemaluan mama kita, tanah air Papua Barat. “Mereka anak negeri yang rela membuka kain sutra mama”, sebuah kutipan puisi kepedihan anak Fak-fak (Yohanes Adopak) yang pernah tersalin di blog bebo. Anda tau?, dia, kekasihku, berusaha menyirami lahar emosi ini dengan ucapaan yang sebenarnya bermakna, hal mana kurasakan sehabis bicara hingga semalam.

Perdebatan kami kemarin selaras tujuan dengan rasa yang berbeda. Hingga pretensi kita berbeda haluan. Disaat emosi diperlukan dalam perjuangan pembebasan Papua Barat dan bahaya emosi bagi gerakan pembebasan.

Darah mendidih dan seakan emosi menjadi jembatan melakukan revolusi. Itu jalan satu-satunya yang coba sa tawarkan dalam diskusi bersama dia kekasihku di negeri Kangkuru, sebuah negeri yang tak bedanya dengan praktek penjajahan yang terjadi disana. Cukup menarik juga, ia bertutur dalam keemasan suara merdu, dan sa yang dikuasai ambiguitas, tetap bertahan dalam argumen saya.

Dari semua kata berarti yang ia ucap, satu hal ia ucap, ucapan yang tak bisa saya debat lagi. Hilang kata-kata, dan memang saya tidak punya dasar untuk mencoba menggugurkan kalimat yang terucap dari bibir kekasihku.

“Baby,” panggilnya mesrah, “kalau berjuang angkat senjata karena emosi, ko siap secara jasmani, tapi rohani siap ka tidak?”, sebuah pertanyaan yang membuat bulu badan berdiri seketika, dan membuat sapu tidur semalam tidak teratur.

Dia, curahkan hatinya, harapnya, seakan-akan membuat aku berpaling dari dunia emosional (tentu emosional yang negative) kepada perjuangan yang sadar. Wawasannya yang luas, menggugah dan alkitabiah, menjadi kekhasan tersendiri baginya. Bait-bait pikiran yang keluar darinya dan sa yang mendengar setengah setuju saat itu sesungguhnya memberi arti betapa pentingnya melakukan perjuangan tanpa mengandalkan emosi yang berlebihan terhadap penjajah.

Sampai bila penjajahan terus berlangsung, dan ketika emosi menjadi alternatif pelengkap perlawanan revolusi, maka tidak ada jalan lain, selain perlawanan total massa rakyat Papua Barat. Itulah ungkapan emosi saya. Tapi benarkah? Butuh proses pencerahan hati yang panjang, baby...!***

[+/-] Selengkapnya...

25/02/08

Kosovo dan Papua Barat dalam Konfrontasi Internasional: Catatan bagi GNPB

Oleh: Victor F. Yeimo*

PADA 17 Februari 2008 lalu, Kosovo secara resmi menjadi sebuah negara terpisah dari negara bagian Serbia. Negara itu merdeka setelah berjuang dari kediktatoran Serbia yang mengakibatkan pelanggaran HAM di provinsi itu (sebelumnya) . Perjuangan Kosovo, bagi Politisi Indonesia dan komunitas internasional yang tidak tahu sejarah kebenaran Papua Barat adalah a persisnya, yaitu sebuah gerakan pemisahan diri (separatis) yang tidak sesuai dengan prinsip-prinsip PBB tentang integritas wilayah dan kedaulatan negara.

[+/-] Selengkapnya...

12/02/08

Dia, Mereka & Aku

Bukan karena benci. Bukan dendam. Bukan pula iri dan dengki. Tapi, ini soal mati atau hidup. Bukan karena saya takut mati, dan bukan untuk menghidupi diri, tapi soal kita dan tanah. Sebuah cerita panjang dalam lembaran hidup yang tak kunjung titik.

Maaf blog, siang ini saya baru menggores wajah di diding hijaumu, setelah sebulan kemarin tak terisi . Bukan karena hilang kata-kata. Bukan juga tidak ada bahan cerita. Saya sudah mencoba memulai tulis, tapi terlalu banyak yang ingin ku ungkap, dan terpaksa tidak ku lanjutkan karena bingun mulai dari mana.

Rasanya, otot-otot diluar pusat pikiran ini sakit, hingga membuat saya tidak berfikir sistematis dalam menghiasi dirimu blog. Sakit bukan karena angin semalam di Kota Raja, Port Numbay, hingga pagi atau hujan rintik malam, tapi, hujan masalah ini terlalu deras mengalir di keseluruhan akal sadar ini. Andai engkau bermata pasti engkau pun ikut berbagi air mata semalam, dan andai engkau punya rasa, pasti engkau pun ikut sakit.

Dua bulan ini, satu dalam topik yang tidak lepasnya dari Derita Anak Jalanan. Derita tentang noktah hitam di akhir dan diawal tahun 2007-2008. TIga-dua-satu masih ku rasa. Sebuah sinetron dari publikasi pribadi. Sekali akting dan tak terekam untukku memutar ulang suatu saat. Yang berlalu kita relakan, dan yang baru hadapinya dalam cerita anakan jalanan.

Walau hanya tulis tak bermakna, tapi harus ku ungkap. Sebuah cerita bercampur rasa, dari ceria beruba duka, dan sebaliknya. Tentang dia, saya dan mereka. Dia begitu pesona dalam dunia rasa ceria dan duka, mereka yang mengitariku dan aku yang menjadi korbannya.

Kuasa dia dan mereka mengalir di bak sanubari. Dia, dan hadirku seminggu di akhir tahun mempersonah dan mereka, harapku demi tanahku, membingungkanku.

Blog, sa tidak tidak bisa melanjutkan cerita ini. Sa minta maaf, Sekali lagi...

[+/-] Selengkapnya...