08/12/07

Pikirku Tak Berujung

Pikirku kemarin lara berujung
hari ini masih ada
Kita memang beda rasa
aku melangka disaat seribu jarak langka kita
terlanjur senang disaat-saat aku jatuh
masih mungkin ku pikul saat 1000 beban masih
saat kau tak pernah ada rasa
saat itu ruang kelam ini menyiksa

[+/-] Selengkapnya...

29/11/07

Kawan (Rakyat Pejuang), Anda Tidak Sendirian!

-----------------------------------------
Catatan untuk Rakyat Pejuang Papua Barat
-----------------------------------------

Kawan, perjuangan ini terus dan akan berjalan, walau tiap sudut perjuangan tersimpan sejuta duka. Duka yang kadang-kadang Anda, saya dan rakyat semesta Papua Barat dibuatnya kandas. Tapi, bukan kandas yang membuat kita mundur. Kandas yang memberi kita sedikit waktu untuk merenung dan setelah itu terus berjuang. Duka dan sepinya perjuangan ini justru membuat kita dewasa dan bijaksana untuk tetap memilih jalan pembebasan ini. Pembebasan atas diri kita dan tanah kita. Dan yang lebih penting adalah pembebasan Nasional Papua Barat.

Kawan, saya sadari betul bahwa hari-hari kita sejak kita lahir di atas tanah ini, memang penuh dengan berita tentang pembunuhan dan kematian. Ada yang mati di hutan, ada yang mati di kampung, ada dibunuh di kota, ada yang dibunuh di desa, ada yang dibunuh di areal pertambangan, ada mati di penjara, ada yang mati digunung, ada yang mati di pesisir pantai, ada yang mati dalam pejalanan, ada mati…. Memang mati banyak. Mereka mati setiap hari. Tapi, kawan kita tahu saja bahwa mereka terus mati begaikan semut karena mereka pecinta kebanaran. Mereka ingin kemanusiaannya manusia itu harus ditegakkan di dunia ini. Mereka adalah pewarta kebenaran kemanusiaan yang telah dinubuatkan dalam banyak kitab.

Kawan, kita juga melihat mereka menggempur dan mengambil semua yang kita miliki. Katanya, “Berikan semua. Semua punya kami. Kami akan atur kalian.” Mereka terus merampas hak-hak hidup kita termasuk harga diri kita diinjak-injak. Kita benar-benar tidak bebas berbuat sekehendak hati di atas tanah air kita. Ya begitulah kawan. Itulah kenyataan penjajahan yang memang pahit. Sungguh menyakitkan. Tapi kawan, kita harus kuat, kita harus bangkit dari keadaan ini. Kita tidak boleh diam, kerena penjajajhan yang pedih itu. Rakyat yang tertidur harus dibangkitkan untuk melawan. Mama yang berjualan di bawah meja itu harus bangkit membela haknya. Mahasiswa harus menjadi barisan depan (pembebas). Anak-anak sekolah harus memimpin perlawanan ini. Anak-anak dalam kandungan harus lahir dalam roh pembebasan. Semua orang harus berpikir tentang pembebasan ini untuk massa depan kita dan negeri kita.

Kawan, kita harus menjadikan semua kelompok berada dalam satu garis pembebasan manusia yang saya yakini sebagai sebuah kebenaran. Kebenaran itu memang ada dan benar akan terus dibuktikan oleh berjalannya waktu. Dan saat itu tak ada satu kekuatanpun yang dapat menahannya. Dan saat itu Anda akan duduk di bangku yang paling depan untuk menyaksikan kebanaran itu terjadi di depan Anda.

Kawan, melihat kampungmu, kotamu, bangsamu itu seperti medan pertempuran dan perlombaan. Itulah kenyataan yang memang menyakitkan. Dalam situasi ini ada keinginan untuk mundur. Tapi kawan, mundur itu bukan jalan kita. Jalan kita adalah jalan pembebasan. Jalan pembebasan atas tanah dan rakyat kita bersama rakyat semesta. Karena itulah jalan mulia yang kita pilih untuk tanah itu. Tanah Papua Barat.

Kawan, memang tidak ada sesuatu yang berharga selain pembebasan manusia. Karena yang berharga di alam raya ini adalah manusia. Maka manusia harus dibebaskan dari penajajahan dari dan oleh siapapun dalam bentuk apapun. Manusia harus menjadi bebas di atas tanah moyang pemberian Sang Sumber Cinta.

Kawan, langit Papua Barat masih biru, membuat biru harapan kita. Hari kita sekarang adalah hari abu-abu, tetapi hari kita ke depan adalah bukan hari abu-abu. Hari kita ke depan adalah hari terang benderang Karena bintang itu. Karena KEJORA itu akan bersinar di atas tanah itu. Hari kita akan menuai hasil pahitnya penjajahan ini. Perjuangan ini sedang dan terus berjalan demi cinta yang lebih besar dan kemuliaan yang lebih besar dan untuk sebuah nama, Papua Barat.

[+/-] Selengkapnya...

14/10/07

Menjadi Diri Sendiri & Berontak Terhadap Musu!

Victor  F. Yeimo

Untuk ko yang merasa terjajah, tra bebas dan terpenjarah. “Bangun dan berontaklah! Ko pu hak dan tanggung jawab besar buat mengikuti kehendak sendiri. Kenapa mo hidup kalo selalu mo terjajah?” [Sa tulis ini sebagai sebuah renungan, ajaran dan teguran setelah teropsesi baca buku karangan Malka, The Road To Freedom].---Gresik, 13 Oktober 2007, 11.36 WIB]

[+/-] Selengkapnya...

03/10/07

Ternya Dia Kawan Kita


[+/-] Selengkapnya...

08/09/07

Belum Cukup

Aku tidak terkejut membaca berita pagi ini: Nabire kembali berdarah; Biak seakan menjadi pulau pramuria bagi Rusia-Indonesia kompromi bangun pangkalan satelit Rusia, Imigran mendominasi seluruh wilayah Papua. Kemarin tetap sama hari ini. Masih mungkin esok sepersis hari ini. Aku dengar, aku melihat dan merasakan. Semuanya masih. Lambat laun, mengembang dan mengeras hingga hati membeku.

Dalam kebekuanku, aku bertanya dalam-dalam, masihkah mungkin seinci terik matahari membakar segala beku menjadi debu jalanan? Aku menghirupnya dan walau aku tahu kandungan debu itu, aku ingin tetap menghirup dan merasakan bibit sakit yang bercampur. -------------------------------------------------------------
Aku ingin membagi sakit ini kawan, walau aku dan engkau pun tahu itu penyakit jalanan, agar engkau pun TIDAK tetap berkata: "apapun yang saya lakukan adalah urusan saya", dengan dasar logika: "apapun yang saya lakukan hanya berdampak pada diri saya". Aku ingin engkaupun merasakannya. Agar kaupun tak membuta dan tidak terus terjebak dengan cara berfikir opposisi dalam melihat diri dan realita penindasan Papua.

[+/-] Selengkapnya...

14/08/07

Ajari Aku Pasti Tuhan

1+1 = 2, 2-1= 1, 1+2 = 3, 3-1= 2

Tuhan, ajari aku untuk selalu setia sabar. Bukankah itu hukum pasti?
Tapi, bilakah waktunya tiba ku ingin lebih lama lagi berada dalam kirbatmu......!

Love you GOD

[+/-] Selengkapnya...

18/07/07

Gerakan Mahasiswa Papua: Teori dan Praktek

Sobat!!, materi ini sekedar mengorek kuping dari apa yang sebenarnya sudah Anda ketahui. Bukan maksud sa mencampuri kesibukan ko di Kampus, bukan pula menggurui. Lagi pula, sa tra bermaksud memaksa, karena sa juga tidak dipaksa untuk menulis. Entahlah, bagi sa, ini kewajiban untuk tetap mengatakan kepada Anda tentang bagaimana Anda memposisikan diri dalam perjuangan pembebasan negeri kita, Papua Barat

[+/-] Selengkapnya...

08/07/07

Mereka Membakar Benderaku, Tapi Bukan Nuraniku

Jumat, 6/07/2007 pukul 15:14 aku masih duduk terbisu karena capeh. Mulai 2 hari yang lalu, sa tidak tidur baik. Di kamar itu, ku tertidur diatas koran yang membatasi dingin lante bertehel. Jenuh dan capeh setelah pulang koordinasi aksi selanjutnya. Desak rasa juang melupakan lelah badan. Sa angkat remote TV didepan dengan setengah tidur.

Tiba-tiba, layar setengah penuh itu terlihat warna gambar bintang kejora yang menawan. Sa bangun tiba-tiba, mataku melotot dengan cermat melihat aksi kibar bendera Kejora. Ternyata, ku baru mendengar bila kejoraku di pampang oleh beberapa kawanan Aktivis Mesjid di Solo. Ku tidak menduga kalau akhirnya mereka menolak gerakan pembebasan kami dengan membakar identitas, budaya, darah dan juang ku.

Warna abadi itu dibakar para dangkal ideologi budaya dan nasionalis karbitan yang dungu sejarah. Hati tak tenang, emosi terbangkit. Detak jantung semakin cepat. Sakit hati. Mereka membakarnya. "para demonstran membakar bendera separatis OPM" ini berita yang ku dengar. Rasa tidak terima menemani ruang kosong. Ku sedang marah tinggi, bukan karena simbul negara, tapi ku tak menduga masih ada manusia Jawa yang dangkal nasionalismenya. Mereka tidak tahu, entah malas, atau kenapa bila Merah Puti, bendera kebangsaan mereka adalah lahir dari simbol sejarah makanan pokok Jawa, yaitu Merah yang berarti Gula Jawa/aren. Sedang Putih sebagai warna Nasi.

Bukankah sejarah Merah putih sudah tidak mencangkup NKRI, yaitu mengklaim Papua sebagai bagian dari tanah air Merah Putih? Sayangnya, bangunan nasionalisme pancasila tidak berakar NKRI. Sejak berita ini sa dengar, sa bingung tak berdaya. Mengapa masih ada orang Jawa yang masih melanggengkan politik kekuasaan yang masih menggadai falsafah Kerajaan Majapahit sehingga rakyat Jawa hilang dan melarat tak berdaya dari bangsa-bangsa (kerajaan-kerajaan yang menjaya semestinya).

Tapi, sa kembalikan kontrol. Sa menarik nafas berharap redah emosi.Sa ingin tak terlalu jauh dan agresif menanggapinya. Sa kembali merenung. Bertanya dalam hati. Apa arti sebuah simbol?, "what's a flag". Sa menanggap, memang ketidaktahuan inilah akibatnya. Kekuasaan dan rakyat Pengikut kuasa RI inilah yang telah mengorbankan kemanusiaan. NKRI lebih penting dari manusia Papua Barat. Seharusnya, manusia diletakan lebih penting dari sekedar simbol.

Rakyat Solo seharusnya sadar, bukankah ratusan pejuang dan ribuan rakyat telah mati sia-sia demi perjuangan RI? bukankah pengorbanan itu untuk pembebasan rakyat Jawa? tapi apa kini yang dirasakan? Papua tidak termasuk dalam perjuangan Merah Putih, so kenapa harus ikut urus perjuangan rakyat Papua?

Tapi, entahlah, sa tidak mau terus bertanya dalam kepeningan otak. Hati tak terima, tapi harus aku kuat untuk menahan gejolak dendam ini. Sebab, bila bendera dibakar, tapi darah juangku akan terpatri semurni emas dan tak sa tau pekikan M tak akan pernah terbakar oleh kekejaman dunia.


[+/-] Selengkapnya...

03/07/07

DUKA dlm SUKA di HUT OPM

Ku buka SMS, ku baca, 1 Juli 2007
"Tapol News: Tepat Jam 12.00 Bendera Kejora Berkibar di LP Abepura Peringati Tanggal 1 Juli, Teruskan". Berita kudengar, ku tak bisa kendalikan diri. Ku melompat kegirangan. Ku kepal tangan kiri sambil berkata "MERDEKA", MERDEKA....!!.

Tapi, kenapa tiba-tiba air mata ini keluar dalam kegirangan. Bukankah seharusnya sa mengobar emosi juang?

Ku dengar, Yusak Pakage, Cosmos Yual, cs manari mengukir sejarah di atas atap yang terkurung jeruji penjajah, nadi menggetarkan rasa terharu dalam pikir. Yah, ini hari kembangkitan kami.

Mereka masih bicara, mereka masih sanggup muncul ditengah penindas hukum dan demokrasi. Titipan sang surya kebenaran masih jernih di lubuk hati mereka. Ingin bebas, MERDEKA diatas tanah ini tuangkan dalam simbol pengibaran bendera Bintang Kejora.

Sa masih sedih disini. Belumlah berakhir peperangan simbul kekuasaan yang telah melupakan hakekat manusiawia di dunia ini. Kenapa mereka memburu bendera, bukankah musuh Penjajah adalah rakyat Papua Barat?. Bukankah bendera hanya sebuah kain berwarnah yang tak bermulut dan bersejata. Kenapa tidak sekalian manusia yang kalian tembak dan habisi? Bukankah itu yang kalian rencanakan sejak awal?. Bangsa Kafir.

[+/-] Selengkapnya...

02/07/07

MERDEKA

Merdeka Harga Mati. Ya, memang setiap orang ingin merdeka. Karena memang semua orang tidak ingin dalam penindasan dan penghisapan. Semua manusia ingin hidup bebas menikmati alam dimana ia ditempatkan oleh Penciptanya.

[+/-] Selengkapnya...