25/06/08

Zionis - Mossad Mengancam Papua Barat (Bagian 1)

Victor F. Yeimo


KEDOK Mossad mulai nampak dalam wujud spiritual di Papua Barat. Anda tidak perlu heran bila gerakan zionis mulai nampak di sekeliling anda yang berada di basis-basis kristen. Kalau di Jayapura dikenal kenal dengan gerakan Zion Kids, suatu gerakan yang kini berhasil menghimpun seperempat umat Kristen di Tanah Papua. Sebagian dari aktivis Papua Merdeka dan lebih banyak dari kaum moralis, Pdt/Pastor.

Dalam kubu Aktivis Papua Merdeka, tentu punya alasan dengan perjuangan Papua Merdeka. Mereka yakin hanya Israel yang mampu mengibarkan bintang Kejora di Papua Barat pada tahun 2010. Dan oleh karena itu, Mossad melalui beberapa pelayan Tuhan dari Yahudi yang akhir-akhir ini bertandang ke Papua dalam bentuk KKR dan Pelayanan Rohani lainnya selalu mempercayakan kepada mereka bahwa bila Papua Mau Merdeka orang Papua Barat dan lebih khusus TPN/OPM harus memaafkan TNI/POLRI + Pemerintah RI yang menindas rakyat Papua Barat. Itu langka I menuju kemerdekaan.

Begitu juga dengan para Moralis tadi. Mereka berkutat pada ajaran Firman Tuhan tentang penggenapan akhir zaman. Mereka percaya bahwa Papua Barat merupakan tanah perjanjian Tuhan dan atau Tanah yang terhilang dan menjadi kewajiban bagi Israel dalam merebut kembali tanah itu sebagai akhir dari pelayanan, akhir Zaman. Tugas mereka adalah berdoa bagi bangsa Israel. Mereka yakin pembebebasan akan terjadi di Negeri ini.

Memang, hampir sebagian pengikut belum memahami wujud dari gerakan itu, misalnya mengenai Zionisme dan kepentingan ekonomi politik yang telah menjarah hampir 70% negara-negara dunia ke tiga. Bila melihat rekaman sejarah tentang "konspirasi global", maka disana kita akan temukan aktor-aktor yang sedang menglobalisasi struktur pemerintahan dan ekonomi dunia. Protokol Zionis itu jelas-jelas dilaksanakan tanpa sadar oleh organisasi-organisa si di Dunia (termasuk pemerintah dan organisasi Agama), tanpa menyadari segala kebijaksanaannya sedang diarahkan dalam target protokol zionis. Dalam hubungannya dengan Papua Barat, gerakan tadi secara langsung melakukan mandat Zionis, karena tujuan dari protokol itu adalah menguasai dunia dengan intervensi masalah-masalah mereka, termasuk kemerdekaan Papua Barat.

Apa targetnya? Tentu saja menguasai ekonomi dunia. Papua Barat dipandang sebagai wilayah yang memiliki potensi ekonomi bagi kantong negara-negara zionis, seperti As dan sekutunya. Taktik pendekatan religi dari Mossad, injelijen paling kaliber saat ini di dunia adalah menawarkan investasi bagi organisasi Agama yang bekerja sama dengan pemerintah di wilayah yang punya kadar ekonomi tinggi. Misalnya, di Paniai KKR baru-baru ini oleh sala satu pelayan dari Yahudi mengatakan 10 investor asal Israel akan tiba di Enarotali. Mereka yang telah berbondong-bondong masuk kedalam misi ini tentu punya fasilitas yang terjamin.

Demikian berbahanya, Zionisme dalam hal kepentingan ekonomi politik di Papua Barat, tidak salah -dan harus- kita telusuri wujud dari misi ini dari pangkalnya, tanpa menghilangkan missi suci -misi Agung- Tuhan Yesus -menurut kepercayaan umat Kristiani- dari sisi Alkitabiah. Yang harus dibedahkan oleh seluruh pemerhati, baik akademis theologi, Gembala dan pemipin-pemimpin organisasi (denominasi) Gereja di Papua Barat adalah, Zionisme dalam misi suci, dan Zionisme dari kepentingan kekuasaan.

Baiklah, untuk yang pertama tidak saya gubris disini, karena itu urusan mereka yang bergelut dalam pelayanan suci: Pengembalaan dan penyebaran injil ke seluruh dunia -Alkitab bilang begitu. Zionisme dalam pandangan kepentingan kekuasaan sudah banyak kali menjadi diskursus kalangan anti-imperialisme, baik di lingkaran syariat islam maupun gerakan ideologi sosialis (Marxisme/Leninisme ). Zionisme ditempatkan sebagai suatu ajaran (ideologi) yang telah melahirkan imperialisme negara-negara liberalis seperti AS, Eropa dengan pusat kendali Israel. AS dalam struktur ekonomi-politik, atau katakanlah kebijakan luar negerinya tentu dikendalikan oleh organisasi-organisa si hasil konferensi Meja Bundar seperti: Federal Reserve, CFR, Bilderbelger, Club of Roma, .Trilateral. Tujuan organisasi-organisa si ini tentu menyukseskan protokol Zionis, yakni salah satunya Membuat Pemerintahan Tunggal di Dunia.

Bicara Zion berarti bicara bangsa Yahudi, sebuah bangsa yang telah dianggap punya bakat-bakat luar biasa dalam alam pikir. Oleh karena itu mereka berikrar untuk membangun bangsa-bangsa zion di dunia. Intinya negara -bangsa zion harus menguasai dunia dengan berbagai cara sehingga bangsa-bangsa lain menyerahkan kedaulatannya. Dari buku panduan sebanyak 24 protokol yang saya baca, beberapanya yang telah dilakukan adalah: membuat kekacauan, membuat keseimbangan kekuasaan, komunisme, kapitalisme, kemanusiaan sekular, interpol, bunga atas pinjaman, bond (obligasi) sehingga dunia bisa dikuasai melalui kekuatan ekonomi-politiknya.

Indonesia paling tidak telah menjadi korban yang imbasnya sampai ke Papua Barat, negeri kita dengan pendudukan kapital global (PT.FI misalnya) dan jauh sebelumnya melalui misionaris yang telah melakukan eksploitasi nilai-nilai budaya bangsa Papua Barat sebagai awal pendudukan doktrin zionisme. Contoh terbaru bagi di Indonesia dalam pasar sekuritas saja, mereka harus menerbitkan obligasi pemerintah di New York. Dan tentu yang investornya paling banyak diborong oleh AS saat lelang beberapa waktu lalu. Artinya, struktur ketergantungan ini tidak akan putus sejatinya Venezuela atau Kuba yang jelas-jelas fight.

Masih ingat kasus Kosovo? waktu lalu sa sempat buat artikel dengan judul : "Kosovo dan Papua Barat dalam Konfrontasi Internasional" . Anda bisa lihat intervensi NATO dalam penyelesaian kasus Kosovo. Arsitek NATO tentu saja CLUP of ROME, satu badan milik Zion. Kosovo jatuh dalam pelukan zion bukan karena Kosovo mengalami penjajahan dan sejenisnya. Kosovo itu punya warga Muslim yang tentu tidak masuk akal bagi Zion melakukan missi suci. Itu namanya misi ekonomi dan politik.

Lantas, apa yang musti disalahkan bagi gerakan zionis di Papua Barat?

Tentu misi itu bukan misi yang suci, atau bagian dari pelayanan pemudiran, sesuai mandat Alkitab bagi para misionaris. Alkitab tidak pernah menyebut Negara Israel, tetapi bangsa Israel yang ia sebut sebagai bangsa pilihan Tuhan. Alkitab tidak pernah mengatakan bangun kerajaan di dunia. Tapi Ia mengatakan kepada ke-12 muridnya, di bukit zion (Saitun), bahwa ia akan kembali dan membangun kerajaan dunia. Beberapa pelayan Tuhan yang sudah tergabung dalam gerakan Zion Kids di Papua Barat gemar mengobar misi mereka bangun (mempersiapkan) Kerajaan di dunia (mungkin juga Papua Merdeka bagian dari misi itu), adalah sesuatu fitnah dan diluar perintah Tuhan dalam Alkitab. Ini bukan usaha penggenapan Firman Tuhan, tetapi usaha penggenapan misi Zionisme milik Negara Israel (kaum Illuminati).

Di Papua Barat, ada Jaringan Doa Sahabat Sion Papua (JDSSP) yang dibentuk dibawah pengawasan PGGP (Persatuan Gereja-Gereja Papua), semua wakil dari denominasi gereja ada disitu dalam misi khusus mendoakan bangsa Israel. Beberapa dari mereka telah bertandang ke Israel dalam suatu misi. Pulang dari sana, mereka semakin giat melakukan pelayanan-pelayanan rohani yang tentu sangat penting bagi umat Tuhan di Papua Barat. Visi Misi mereka cukup baik. Namun tulisan ini paling tidak menguak apa dibalik pelayanan suci dalam hubungannya dengan misi zionisme (ekonomi-politik) .

Dalam suatu KKR yang dibuat di depan Ekspo, Waena, Jayapura, bisa lihat pemandangan yang cukup menarik. Latar belakang panggung bergambar pulau Papua Barat bergambar bintang kejora, namun bintangnya memakai bintang daud (Israel). Ini berarti ada relasi yang tidak saling pisah antara misi politik dan misi suci dari pelayanan ini. Genaplah sudah apa yang termuat dalam protokol zionisme, intervensi terhadap kedaulatan suatu bangsa, termasuk perjuangan mereka.

Papua Merdeka tidak Ada kaitannya dengan Israel

Dalam suatu perdebatan singkat beberapa waktu lalu di Lingkaran bersama sala satu kawa aktivis Papua Merdeka yang telah menjadi pengikut fanatik zionis yang kebetulan saya ketemu, dengan suara menantang, ia mengatakan, "kawan Tuhan kebetulan temukan sa dengan ko disini, saya mo kas tau, kalau Papua tidak akan merdeka bila kalian tidak mendoakan Israel, bila kita masih benci dengan TNI/POLRI dan Pemerintah RI yang membunuh (menjajah -VY) tong. Israel harus bebas baru kita pasti merdeka. Mereka pasti kasih merdeka kita tahun 2010", demikian dengan nada yang meyakinkan, alias penuh PD.

Ia dan pengikutnya tentu terhipnotis dengan janji-janji misionir Yahudi yang telah ditunggangi oleh Injelijen Mossad. Ia seakan-akan memaksa saya untuk, paling tidak, memberi pencerahan tentang kasat-kusut zionisme di dunia khususnya di Papua Barat. Akhirnya berakhir pula dalam suatu kesimpulan -yang entah dia terima atau tidak, bahwa kemerdekaan Papua Barat tidak ada hubungannya dengan Israel. Papua Merdeka tidak ada hubungannya dengan Islam vs Kristen. Papua Merdeka tidak ada hubungannya dengan penggenapan protokol zionisme. Papua Merdeka adalah keharusan bagi bangsa Papua Barat tanpa batas waktu atau alasan dengan lebel apapun. Yang punya wilayah (tanah dan air) adalah makluk yang mendiami didalam pulau ini, bangsa Papua Barat, ras Melanesia. Bukan bangsa Melayu, bangsa Yahudi atau siapapun/kelompok manapun yang merasa memiliki pengetahuan rahasia dari sumber manapun.

Papua Merdeka adalah perjuangan politik bangsa Papua Barat. Baiklah, siapapun yang punya kependulian tentang tanah ini harus bekerja (berjuang) dengan segala kekuatan yang telah diberikan oleh Allah bangsa Papua Barat, karena siapapun yang bekerja bagi pembebasan Papua Barat, ia sesungguhnya yang empunyai kerajaan di hati sebelum tiba tanda heran satu ke tanda heran yang lain. BERSAMBUNG...

[+/-] Selengkapnya...

22/06/08

Darahmu dan Mereka Lalat Berjas-dasi

Kaukah itu...?
Engkau yg masih menghiasi dalam sayatan sejarah ini?
dalam tak kuasa, di ujung jalan kau taburi wajahmu penuh noktah merah..kau masih ada dan masih menghias.

Tertidurlah sayang
pangkuan ibu pertiwi hangat terasa
tidurlah diatas tulang belulang itu
kemarin mereka, hari ini engkau dan besok waktuku..

Ini sejarah kita, kemanusiaan tidak berpihak, keadilan pun tak.
Kita hanya punya satu sejarah
"hidup untuk dibunuh, matipun tak layak"
Surga tidak lagi milik kita.
Ia milik mereka kaum moralis
Mereka lalat berjas-dasi
yang menghisap daramu dengan rupiah

Tumpah darahmu, pupuk darah juangku
Darahmu doamu, bagiku rajin tuk sampaikan maksud-Nya

---Kamkey, 23 Juni, 1:44 am----

[+/-] Selengkapnya...

09/06/08

Hadapi Resesi Dengan Nilai-Nilai Budaya Papua

Victor F. Yeimo

Dalam suatu seminar bedah buku yang berjudul "Mungkinkah Nilai-nilai Hidup Budaya Suku Mee Bersinar Kembali?, karya Ruben Pigay, S.pak, yang dihadiri masyarakat umum dan pelajar SMU, tidak lama ini di Aula STT Walter Post II, Nabire, Papua Barat, membuat saya tertuju dalam satu dari makna penting dari keseluruhan diskusi yang telah memaksa orang Papua, khsusnya suku Mee di Paniai untuk kembali kepada nilai-nilai budaya Mee. Ternyata, tradisi suku Mee dalam corak produksi tradisionalnya mampu memberikan solusi ditengah ancaman krisis energi dan faktor geopolitik dunia yang berdampak pada naiknya harga kebutuhan pokok di Indonesia, lebih khusus di Papua Barat.

Yang harus disadari dan tra boleh disangkal adalah bahwa pergeseran fluktuatif terjadi dalam kehidupan budaya hampir setiap suku di Papua Barat sejak pendudukan koloniaslime Indonesia. Indonesia yang pada masa Orde Baru sebagai suatu kekuasaan 'boneka AS' menjadi jembatan ke Papua Barat bagi penyeberangan budaya imperialisme global, suatu kekuatan yang telah memaksa penduduk pribumi menikmati arus modernisasi sebagai konsekuensi logis. Praktek kolonialisme melalui ancaman pemekaran wilayah kekuasaan kolonial Indonesia yang bersamaan dengan suplai penduduk migran dan perluasan daerah teritori militer paling tidak menjadi faktor utama dari dampak evolusi budaya suku-suku di Papua Barat.

Praktek eksploitatif itu ditandai dengan memudarnya etos kerja beternak dan berkebun yang lalu begitu luar biasa dalam nilai-nilai budaya suku Mee. Hampir dataran tanah adat Mee yang dulu menghasilkan flora nan hijau sebagai sumber konsumen kini menjadi dataran tandus yang tidak ada nilai guna bagi kelangsungan makluk hidup. Bila orang Papua sudah tidak mempunyai dusun/kebun lagi atau hubungan timbal balik antara alam dan manusia terganti dengan ketergantungan terhadap produk luar, atau bila Orang Papua Barat dipaksa menajadi manusia-manusia era moderen yang mempunyai permintaan konsumsi yang sama. maka bahaya globalisasi yang kini ditandai dengan kenaikan harga BBM, tidak mungkin tidak menjadi ancaman masyarakat adat Papua Barat.

Memang bahayanya tidak separah yang dialami daerah-daerah lain di Indonesia dalam hal kenaikan barang dan jasa, terutama kenaikan harga sembako dan jasa-jasa transportasi, dan kelihatannya bagi rakyat Papua aksi protes kenaikan BBM massa FPN (Front Pembebasan Nasional) yang menjalar di Indonesia (tidak di Papua Barat) belum menunjukan perjuangan bersama, namun paling tidak kenaikan harga BBM mengakibatkan permintaan yang semakin menggelembung bagi kaum migran Papua yang menguasai sektor perdagangan, transportasi dan industri. Bagi mereka, kondisi ini merupakan kesempatan untuk memperbesar kantong penghasilan mereka. Sebab, banyak uang Otsus yang beredar di tangan orang Papua Barat menjadi incaran bagi mereka.Contoh, bila di Entrop, Jayapura beberapa waktu lalu terjadi mogok sopir angkot menuntut kenaikan tarif harga transportasi, bagi rakyat Papua Barat, hal itu bukan suatu ancaman, padahal, dengan tarif 4.000 pp Entrop-Abe, omset sehari bisa mencapai sejuta hingga dua juta, atau sejajar gaji sebulan PNS golongan menengah. Ini semakin memperkuat ketergantuangan bagi orang Papua Barat dalam segala aspek yang tentu saja telah didominasi oleh kaum migran (orang pendatang).

Sistematis dan tepat sasaran. Itu kalimat yang pas buat keberhasilan praktek kolonialisme Indonesia di Papua Barat, terhadap orang Papua Barat. Penindasan dan penghisapan menjadi nyata, tatkala orang Papua Barat sendiri seakan-akan meng-iyakan itu terjadi. Saat-saat tidak ada lagi kesadaran berdaulat diatas tanah airnya, saat-saat itu tawaran posisi stategis di daerah-daerah pemekaran baru menjadi sasaran empuk. Partai-partai politik diboyong habis kaum intelektual yang seharunya menjadi revolusi nilai-nilai budaya Papua Barat. Pilihan itu menjadi keharusan, sebab sumber penghasilan pangan dan ternak sudah tidak ada lagi.

Suku Mee harus kembali kepada nilai-nilai yang dahulu", demikian ajak Ruben Pigay yang sudah beranjak di usia senja dalam bukunya. Buku itu seakan-akan memaksa saya merenung sejenak dan tidak lain, hanya nilai-nilai budaya yang mampu mempertanhankan kondisi sosial, ekonomi-politik suatu wilayah. Sekalipun tingkat konsumsi minyak dunia tidak lagi sepadam dengan produksi minyak dunia, tetapi sepanjang rakyat Papua Barat, khususnya suku Mee bisa membudayakan kembali aktivitas berkebun dan beternak, maka bukan tidak mungkin wilayah dan orang Papua Barat tetap resistan dalam menghadapi penjajahan dan penghisapan global.

[+/-] Selengkapnya...