09/07/18

Relevansi Marxisme Dalam Perjuangan West Papua

Kalau sejarah kolonisasi West Papua didasari motif ekonomi politik, maka teori ekonomi politik Karl Marx perlu dalam gerakan Papua Merdeka. Selama kapitalisme masih menjadi penyokong dan pendukung utama kolonialisme Indonesia, marxisme masih relevan sebagai senjata perlawanan rakyat West Papua. Selama pendudukan kolonial Indonesia di Papua dipimpin oleh pemerintahan-pemeritahan (yang pro) kapitalis kita tetap membutuhkan filsafat marxist. Tidak hanya faktor eksternal, selama ada penindasan dalam internal orang Papua, Marxisme dibutuhkan. Begitulah Marxisme, dikatakan ilmiah karena selalu didasarkan pada realitas objektif.

[+/-] Selengkapnya...

16/06/18

Perjumpaan dengan Mako Tabuni

Siang itu, 16 Maret 2008, seperti sebelum-sebelumnya, lembar kata-kata revolusi kusebar. Menyusuri setiap jalan, hampiri setiap jiwa rakyat tertindas yang haus pemberontakan.

[+/-] Selengkapnya...

Berhenti Ikut Pejuang Anti Teori

Kalau ada pejuang anti teori (pamalas baca buku, pamalas diskusi, pamalas berorganisasi), jangan pernah terhasut pada segala ajakannya! akan selalu ada pengorbanan tanpa kemajuan berarti dalam perjuangan. Kebodohan yang dipolesi dengan keangkuhan, kesombongan, pembohongan, dan emosional tidak akan pernah memerdekakan bangsa Papua. Bangsa ini akan dibebaskan oleh barisan terdidik yang mendidik rakyat dengan pemahaman praksis (teori dan praktek) sebagai basis kesadaran perlawanan revolusioner.

[+/-] Selengkapnya...

Sosialis Papua Bukan Kelompok “Freedom Dream”

Ada kegagalan memahami Sosialis Papua ketika menyamakannya dengan kelompok (gerakan) sion kids, mesianis, dan sejenisnya. Pejuang Papua Merdeka yang terdidik dengan filsafat sosialis akan menjawab, bahkan lebih utuh dan tuntas sampai ke akar-akarnya.

[+/-] Selengkapnya...

24/05/18

Senandung Derita Mama di Kaki Freeport

Siang itu, 10 Mei 2018, dia mencuri pandanganku. Mama yang duduk termenung disana, depan jalan utama pelabuhan Pomako, Timika. "Mama sayang, apa yang sedang kau pikirkan? Ah, sudalah! ku tahu itu semua. Janganlah kau uraikan! sebab melihatmu saja saya sudah rapuh," gumamku dalam hati yang sedang tersayat. 

[+/-] Selengkapnya...

Damai Adalah Virus Hegemoni Kolonial

Hati sakit dipaksa damai. Nalar berontak dipaksa diam berdamai. Di bawa pelangi damai, kita terus mati habis. Lalu kita dendangkan lagu damai pelipur derita. Pun dalam pasrah, damai di bibir, derita di hati, diam tersembunyi.

[+/-] Selengkapnya...

Selamanya Papua, Sayang!

sayang kawan, hari kan pergi, hilang tra kembali. kau bilang hidup sekali, dan sekali untuk Papua. lalu mereka sebut kita pemburu angin, pelancong jalanan, perusak masa. Akh kawan, kita pelaku kontradiksi. Mereka tentu penikmatnya. kitalah penentu arah angin. kita bagian dari cerita sejarah bangsa.

[+/-] Selengkapnya...