12/02/08

Dia, Mereka & Aku

Bukan karena benci. Bukan dendam. Bukan pula iri dan dengki. Tapi, ini soal mati atau hidup. Bukan karena saya takut mati, dan bukan untuk menghidupi diri, tapi soal kita dan tanah. Sebuah cerita panjang dalam lembaran hidup yang tak kunjung titik.

Maaf blog, siang ini saya baru menggores wajah di diding hijaumu, setelah sebulan kemarin tak terisi . Bukan karena hilang kata-kata. Bukan juga tidak ada bahan cerita. Saya sudah mencoba memulai tulis, tapi terlalu banyak yang ingin ku ungkap, dan terpaksa tidak ku lanjutkan karena bingun mulai dari mana.

Rasanya, otot-otot diluar pusat pikiran ini sakit, hingga membuat saya tidak berfikir sistematis dalam menghiasi dirimu blog. Sakit bukan karena angin semalam di Kota Raja, Port Numbay, hingga pagi atau hujan rintik malam, tapi, hujan masalah ini terlalu deras mengalir di keseluruhan akal sadar ini. Andai engkau bermata pasti engkau pun ikut berbagi air mata semalam, dan andai engkau punya rasa, pasti engkau pun ikut sakit.

Dua bulan ini, satu dalam topik yang tidak lepasnya dari Derita Anak Jalanan. Derita tentang noktah hitam di akhir dan diawal tahun 2007-2008. TIga-dua-satu masih ku rasa. Sebuah sinetron dari publikasi pribadi. Sekali akting dan tak terekam untukku memutar ulang suatu saat. Yang berlalu kita relakan, dan yang baru hadapinya dalam cerita anakan jalanan.

Walau hanya tulis tak bermakna, tapi harus ku ungkap. Sebuah cerita bercampur rasa, dari ceria beruba duka, dan sebaliknya. Tentang dia, saya dan mereka. Dia begitu pesona dalam dunia rasa ceria dan duka, mereka yang mengitariku dan aku yang menjadi korbannya.

Kuasa dia dan mereka mengalir di bak sanubari. Dia, dan hadirku seminggu di akhir tahun mempersonah dan mereka, harapku demi tanahku, membingungkanku.

Blog, sa tidak tidak bisa melanjutkan cerita ini. Sa minta maaf, Sekali lagi...
Share

0 komentar: