Ku ingin jemariku merangkai kata menuangkan rasa dalam resah. Berharap semua gundah dapat terobati dalam alam maya. Berharap semua cerita tentang cinta dan derita di jalan-jalan revolusi dapat segera berlalu dari dalam penat yang semakin mengacau. Ku ingin berlama-lama di alam maya agar alam nyata tiada menyiksa batin. Agar dia dan mereka tiada lagi menyiksaku sepanjang jalur yang sedang kujalani. Agar mereka para penindas tiada bersorak melihat ku terperangkap bisu dalam serangan yang tiada henti.
Haruskah kuterkurung dalam penjara cinta disaat beribu-ribu laksa penjajah tak henti-henti menyerang tembok sandaran terakhir dari rakyat Papua. Kenapa cinta tiada pernah memihak padaku. Kenapa cinta menjadi musuh yang lebih menyiksa dari penjajah. Kenapa harus ada cinta bila cinta datang untuk menyiksa. Mengapa cinta datang disaat bakti negeri ini semakin kugeluti. Ku tanya pada cinta, kenapa tiada pernah mengerti jalur ini? Jalur kita dan rakyat kita. Kenapa cinta tidak lagi menjadi teman dalam derita ini? Demi cinta dan dunianya, sekejab saja engkau merubah cinta menjadi benci. Kenapa cinta kita tiada pernah untuk cinta negeri? Kenapa engkau membawa perbedaan dalam cinta kita dan cinta negeri?
Disini, disaat sejagat preman penjajah tak hentinya merongrongku, disaat ku terjepit begitu kusut, begitu menyiksa. Disaat ku berduka saat kawan-kawan juang harus berlalu pergi dimakan peluruh penjajah, disaat mereka masih mendekam tak berdaya dibalik trali besi, disaat mereka yang lain terasing dan bergerilya bersama derita dibalik rimba, di saat di jalan-jalan ini mereka tak henti mengejar dan memburuh kami siang dan malam. Disaat itu, kenapa cinta tiada berpihak? Kenapa cinta tiada mengerti? Kenapa cinta engkau sibuk bersama egomu, bersama keangkuhanmu, bersama ketenaran hidupmu, bersama kehormatan duniamu dan memandangku begitu buruk dalam hidupmu. Dimanakah perasaanmu cinta? Dimanakah kasih sayangmu. Salahkah diriku yang telah menghadirkan beban dan derita negeri ini dalam cinta kita?
Tuhan, kenapa semua ini harus terjadi dalam hidup ini. Kenapa beban negeri ini menyiksa batin tiada habisnya dan disaat yang sama cinta datang dan menyiksa sanubari ini. Salahkah aku yang mencitai cinta dengan tulus. Dalam hati kusimpan cinta begitu dalam, namun kenapa justru menyiksa jalur ini. Harukah kupasrah? Haruskah kuberlalu pergi dari semau ini? Agar dirinya bahagia bersama dia dan mereka. Agar dirinya dapat menikmati hidup dan cintanya bersama dunianya.
Tuhan ku merasa terpojok, terkucil, terhina dan tersiksa antara cinta dan derita negeri. Semua ini sangat menyiksa. Ku tak sanggup berjalan sendiri. Sungguh...! sangat! derai air mata yang tiada henti ini tak sanggup menahan rasa yang kian berkecamuk. Hanyalah diriMu Tuhan mampu membuat segalanya berganti. Tuhan sungguh ku tak sanggup berjalan sendiri.
Camp Wolker, 20 Nov 2012 | 22.00 wpShare
20/11/12
Terkikis Cinta dan Derita Negeri
Foto Aksi Derita Jalanan
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar