Sekejap saja sore ini, ku anggap semua kembali seperti yang dulu. Terasing dan kujalani jalur hidupku tanpa kalian. Tak terasa 12 tahun yang lalu. Memori kita masa kecil di gereja tua ini sekejab hadir sore ini, walau hanya samar-samar, ku merasa indah. Aku telah merindukan saat-saat seperti ini sekian lama. Saat seperti yang lalu di samping gereja ini. Disaat kita masih polos, berceria dan bercanda bersama. Kutemukan ketenangan yang tiada tara disini. Ku sadari, ku tak mampu mengembalikan roda kehidupa yang lalu.
Gereja Maranatha, bukan sekedar gereja, tapi juga menjadi rumah tempat kami berlindung dan tumbuh dewasa, tempat bermain, tempat mencari hiburan rohani pun jasmani. Membekas sejuta kenangan di masa kecil lalu. Engkau semakin maju dengan bangunan yang lebih moderen tapi alamiah. Memang lebih baik dari yang dulu dengan bangunan klasik ala misionaris. Sejuk dan halaman gereja yang bersahabat masih terasa sepeti yang dulu. Teringat seperti dulu, anak-anak semakin banyak kini, dan masih seperti dulu, mereka bermain sepak bola, benteng, tek-tek, volly segala permainan. Juga sehabis itu latihan lagu-lagu untuk menyanyi hari minggu. Indahnya. Ku merasa seperti yang lalu kembali bersemi disaat teman-teman lama berkumpul dan menyanyikan lagu-lagu rohani yang lalu. Merdu suara vokal bersama teman-teman yang sudah dewasa dan berkeluarga kini. Di dalam sanubari ku berharap seperti lalu walau galau dan dosa semerah kirmisi, dan berharap putih seperti salju, sebuah lagu indah sore ini menghantar senja di gereja tua.
Ini tempat dunia real kutemukan. Tempat dimana kedewasaan rohani berkembang. Tempat dimana mama-mama berdoa dengan tangisan pilu bagi anak-anak negeri, bagi derita negeri dan gereja. Tempat dimana setiap generasi mengisi hikmat dan didikan bagi keberhasilan hidup. Tapi juga tempat segala kepentingan penguasa berlindung mencari ketenaran umat. Tempat dimana Tuhan dan Umat dieksploitasi. Itulah realita. Ku anggap semua sebagai bagian dari mengisi hidup yang tiada abadi.
Disini, di malam ini dan sore tadi, adalah mengisi hidup walau yang berlalu tiada kan kembali dan akan datang adalah sebuah misteri yang harus dilalui dengan ketabahan, kedewasaan, kejelihan, keberanian, dan dengan hikmat.
Share
0 komentar:
Posting Komentar