27/04/14

Dear Nalok Anjing

Dear Nalok Anjing -

Saya ingin katakan yang sudah saya katakan. Saya ingin memberitahu yang sudah anda tahu. Maaf, saya tidak bermaksud menggurui, lagi pula saya bukan atasan anda, bukan juga bawahan, tetapi hanya seseorang yang kebetulan memilikimu dan hidup bersamamu di tempat-tempat itu dan di jalan-jalan itu.


Nalok wae,
Sejarah yang sedang kita torehkan di tempat-tempat ini baru satu langka pasti. Kita baru saja sampai pada bukit pertama sebelum mendaki bukit-bukit terjang yang menjulang disana. Mereka sebut engkau dan kita anjing pemburu yang galak. Kita baru saja mengajak rakyat untuk berjalan maju. Kita baru saja mengumpulkan bekal buruan untuk terus melanjutkan perjalanan ini. Rasanya belum cukup banyak untuk memberi makan rakyat pengikut kita. Anda sendiri tahu bahwa pengikut kita yang bisanya mengomel dan menggerutu.

Nalok Wae,
Saya lihat engkau begitu bergelora berburu. Terkaman yang begitu tajam, sampai mereka sebut kami gila, mereka sebut jenderal lapangan, Pemburu sejati. Taring-taring kita berjejer membentuk barisan pelopor kemarin. Tetapi taring-taring itu terlepas satu-satu karena naluri terkam buruan yang begitu besar dan keras. Nalok, sebelum kita lanjutkan perjalanan, saya lihat MATA sebelah hancur terkena peluruh, itu membuat anda BUTA sebelah, saat rakyat pengikut kita sudah di pertengahan jalan bersama kita.

Nalok ae ah,
Saya sedih melihat engkau terbaring disini, di bukit vietnam. Saya melihat engkau tanpa MATA sebelah merasakan duka yang mendalam, tersayat dalam sanubari. Engkau tidak mundur menyerah. Engkau masih duduk setia di bukit ini. Nalurimu masih seperti yang kemarin. Tetapi, sebelum kita melangkah jauh, mari kita padukan naluri kita. Mari kita baku dengar. Mari kita memahami.

Nalok wae,
Rakyat perlu dipimpin dengan kesadaran perlawanan yang teratur, yang profesional, yang strategis. Maksud saya, naluri perlawanan kita padukan dalam alat perjuangan (organisasi). Alat perlawanan itu punya aturan (sistem) untuk mengatur agar teratur. Itu alat buruan kita. Tapi alat buruan ini memiliki cara penggunaannya. Ia punya teknis tersendiri, dan itu harus dikuasai sampai profesional. Kalau sudah bisa gunakan, jangan asal gunakan, karena ia harus digunakan pada waktu yang tepat, momen yang tepat, atau biasa disebut strategi taktik yang tepat.

Nalok wae,
Ah, saya yakin engkau mengerti tapi pura tidak mengerti. Atau engkau tahu tetapi pemalas. Nalok, tapi sangat bahaya kalau engkau tidak tahu tetapi bikin diri tahu. Bahaya sekali kalau engkau tidak tahu dan tidak ingin tahu atau tidak ingin cari tau. Itu sangat bahaya bagi diri anda, bagi organisasi anda, terlebih sangat membahayakan bagi rakyat pengikut kita.

Nalok woi (Maaf, saya harus agak keras),
Nasib rakyat dalam perjalanan kita kedepan ada dalam dirimu, nyawamu. Engkau yang berada di barisan terdepan dalam perjalanan ini. Engkau harus terus maju dengan teratur, profesional dan strategis. Engkau berjuang bukan untuk mati tetapi untuk memenangkan perjuangan ini: Membawa rakyat melewati terjang bukit itu. Karena itu, naluri dan emosi perlawanan harus ditempatkan pada perjuangan yang sadar.

Nalok wae,
Saya yakin, taring-taring yang keropos kemarin sedang bertumbu kembali. Saya yakin, pada semangat kita untuk terus maju melawan tirani penindasan ini. Saya yakin, engkau tidak tidur diam disana. Saya yakin engkau Nalok yang masih memiliki naluri untuk membedahkan lawan dan kawan. Saya yakin, di bukit itu, bukit vietnam, engkau mencium setiap mangsa dan musuh yang kian mendekat. Kan engkau Gonggong lagi, dan gonggong lagi, sebab kita harus tetap melanjutkan perjalanan dan tentu: kita harus mengakhiri. Mengakhiri penderitaan ini.

Salam rindu dariku yang merindu selalu

Victor Yeimo
Penjara Abepura
27 April 2014

Share

0 komentar: