14/09/13

Mama sa rindu

Mama, malam ini sa rindu. Sa rindu bersemayam di peluk hangatmu. Ingin dimanja. Ingin mengeluh rasa ini padamu. Seperti hari-hari yang dulu. Kalau saja engkau kan baca untaian kata ini, ingin sekali  ku curahkan semua ini disini. Tapi, trali dan tembok memisahkan kita, dan engkaupun tak mungkin baca dinding maya ini.


"Tidak begini. Ko laki-laki. Ko Yame. Tidak ada waktu untuk ruang sedih", itu yang akan kau katakan  padaku. Engkau sangat mengerti tentang jalur ini. Engkau relakan aku sebagaimana engkau lebih mencintai bangsa ini. Walau seribu harap kau pendam bersama kekuatiran, kerinduan, sakit hati di setiap tidur dan bangunmu diatas lantai papan rumah itu.

Kau terkurap bersama nyamuk malam, di pondok rumah tua itu,  dalam sejuta rasa itu. Mama saya pun merasakan penderitaan itu. Jalur yang engkau relakan ini, memang menyakitkan bagi kita. tetesan air mata dalam doa tidurmu. Ah mama, engkau wanita sejati. Engkau membuktikan dirimu sebagai mama Papua yang melihat realita dan perjuangan pada posisi yang benar. Sikap itu, air mata itu, ratapan doa itu. Semua itu.

Jarak dan waktu yang terpisah begitu lama. Hari-hari hidup yang kita lalui tanpa bersua. Setiap langka penderitaan yang kita jalani akan berarti bagi bangsa ini, walau saja anak negeri masih terlelap  dalam gemerlap penjajah.

Mama, banyak hal ku rasa. Tapi, entahlah, esok atau lusa, bila sang fajar merekah, saat kita bersua kembali, kan kita cerita bersama. Sa harus makan. Sakit maag ini terlalu menyiksa. 

Blog Pengasingan 4
Penjarah Abepura
14 September 2013
8:08 malam

Share

0 komentar: