Tidak pantas lagi ku rangkai kata disini. Percuma saja. Dinding blog ini pun pasti tak sudi dihiasi, bila hanya mengulangi bait-bait derita jalanan itu lagi. Sejak awal, dari tempat ini, ku hiasi dindingmu dengan cerita itu. Cerita penderitaan itu masih berlanjut kembali disini, dari tempat yang sama. Dia itu, pecundang cinta, yang menghadirkan cinta dan derita. Ah, kenapa tiada henti? Derai-derai air mata ini, pertanda cinta tulus seorang lelaki jalanan yang berkelana. Mencari, ya mencari separuh nyawa, yang terpisah kini, antara derita dan bahaginya. Di jalan-jalan ini telah ku siksa raga. Di sarang-sarang musuh ku cari jalan menemukanmu. Mencarimu hei...pecundang cinta. Engkau mengapakah....
Tunduk diam tiada kata walau terdesak kepungan tiada henti disini, kasih. Terbayang tulus senyum, dalam bayang ingin ku peluk dirimu sayang buah hatiku, Rosemerciany. Tetapi kenapa engkau pecundang cinta, begitu jahatnya kau menjauhkannya dariku. Tidakkah kau dengar desak nafasnya kasih. Tidakkah kau rasa setiap denyut nadi dari darahku yang mengalir padanya. Darah perlawanan yang haus pembebasan negerinya. Perjalanan ini, kasih, coba dengar betapa ia merindu walau kau memaksa lupa.
15/07/15
Percuma Saja
Bila kau enggan menyapa lagi, entah bagaimana lagi harus. Tersiksa di jalan-jalan biarkan sudah, agar bahagaiamu memuaskanmu. Ku sadari, percuma ku rangkai kata disini dalam bisu makna. Blog ini pun tak sudi melihatku seperti orang gila disini. Ah, terlalu jahatnya dunia...
xbt, Juli 15, 2015
6:43 PM
Foto Aksi Derita Jalanan
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar