Berhenti memupuk mental inlandler. Lihat superioritas pendatang yang terus menginjak bangsa kita. Lihat fasisme kolonia yang tiada henti memaksa kita percaya pada nasionalisme buta. Bahwa militerisme, rasisme, ultra-nasionalisme, dan imperialisme adalah watak alamiah dari penguasa yang menjajah. Tak perlu heran bila konflik kekerasan akan terus ada selama kekuasaan kolonial masih bercokol diatas teritori West Papua.
Buang jauh-jauh kepercayaan dan kepatuhan anda pada segala produk hukum dan kebijakan kolonial. Perbedaan kita dan Indonesia adalah sesuatu yang alamiah dan tak dapat disatukan lagi dalam konsep NKRI. Kehendak kita untuk berdiri dan mengurus diri sendiri adalah upaya kita menyelamatkan bangsa Papua di teritori West Papua. Yakinlah pada perjuangan pembebasan nasional Papua Barat. Kolonialisme pasti hancur.
Kehendak untuk menentukan nasib sendiri adalah sesuatu yang harus dan pasti terjadi. Lihat Yogoslavia, sebuah negara yang peradabannya sudah maju di abad ini saja pecah akibat perbedaan landasan politik berbangsa, apalagi NKRI.
"Ini pelajaran bagi Indonesia bagaimana sebuah negara bangsa yang peradabannya telah maju dari kita mereka bisa pecah apalagi kita,” kata sang Dubes Indonesia untuk Serbia Semuel Samson dalam forum debriefing yang diadakan Badan Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan Luar Negeri (BPPK) di Ruang Nusantara Kompleks Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia di Jakarta tadi, Rabu (10/6/2015).
Hey, generasi kita jangan prakmatis. Kita mesti hapus pemikiran manusia-manusia yang berprasangka buruk pada perjuangan bangsa Papua, yang masih memegang Indonesia dengan ungkapan : “right or wrong is my country” (benar atau salah, apapun yang dilakukan bangsa harus didukung sepenuhnya). Itu tugas perjuangan kita hari, esok dan seterusnya sampai Indonesia angkat kaki dan Papua Merdeka.
Salam pemberontakan sahabat!
June 10, 2015
0 komentar:
Posting Komentar