Adikku Itin, ku dengar pada 14 Mei 2011, kisah nan tragis kembali terjadi di pelabuhan Samabusa, Nabire Papua Barat. Derek Adii dibunuh oleh 5 anggota TNI 753 Nabire. Dia ditikam di mukanya lalu mayatnya dibuang kedalam laut.
Adikku itin, sangat sedih dan emosi mendengar berita tadi malam. Mereka, TNI telah membunuh Derek Adii, Suamimu, kekasihmu. Di Dermaga itu, engkau meneteskan air mata pilu yang paling mendalam. Engkau sendiri melihat betapa biadabnya TNI menikam suamimu Derek Adii. Adikku, hati kaka ikut berang mendengar berita ini.
Adikku, kisah Derek Adii mengingatkan kaka akan tragedi yang sama pada 2006 silam. Sama seperti Derek, kakapun melihat betapa arogan dan sangat diskriminasinya Polisi (brimob) saat itu memperlakukan penumpang warga pribumi di Samabusa, Nabire . Melihat tindakan itu, kaka pernah melawan dan memukul salah satu anggota Polisi. Lalu mereka mengeroyok kaka dan memukul dengan pantat senjata sehingga kaka tidak berdaya. Kaka ditodong dengan senjata dan pisau, dimasukan dalam kurungan penjagaan Polisi dan merencanakan untuk melenyapkan kaka. Tetapi Tuhan melindungi dan meloloskan kaka hingga saat ini.
Adikku, itulah cerita kita yang terulang. Derek menunjukan keberanian untuk membela yang tertindas walau nyawa harus menjadi taruhannya. Derek, kekasih hatimu adalah Mambri dan Yamee yang berdiri sejati dan tidak tunduk dibawah tirani penindasan. Dia lelaki pendiam yang mengerti tentang nilai-nilai kebersamaan dan tanggung jawab.
Adikku, memang sangat susah melepaskan orang yang sangat kita kasihi. Apalagi sosok Derek yang sederhana, yang membuat engkau terpikat dalam perilakunya. Melupakannya akan sangat susah bagimu adikku. Banyak kisah cinta yang telah kalian habiskan di Manokwari dan Nabire. Tapi ku ingin engkau menyadari dan dewasa melihat kenyataan ini. Kita masih dijajah, dan kakamu masih mencari keadilan dan kemerdekaan yang sejati diatas negeri ini, walau rumah kita menjadi target TNI/POLRI. Walau rumah kita pernah digebrek dan dibongkar oleh TNI/POLRI. Walau kita menjadi target mereka. Karena bagi kita, Mati karena lawan lebih mulia.
Adikku, Derek telah tiada, ku ingin engkau menjadi putri Deibado, Putri Emowapa, Putri Takugi yang selalu berdiri tegap memandang ombak Muno (Paniai) yang menderu setiap hari. Ku ingin engkau menjadi perempuan emigai yang tiada pernah lelah menata hidup, menderita bagi hari esok yang lebih baik. Disini, di jalan-jalan ini, dari pengejaran penjajah, kaka sampaikan duka mendalam. Kita Pasti mengakhiri derita negeri ini.
17/05/11
Pesan Berduka untuk Itin atas Pembunuhan Kakasihnya Derek Adii
Foto Aksi Derita Jalanan
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar