Aku tidak terkejut membaca berita pagi ini: Nabire kembali berdarah; Biak seakan menjadi pulau pramuria bagi Rusia-Indonesia kompromi bangun pangkalan satelit Rusia, Imigran mendominasi seluruh wilayah Papua. Kemarin tetap sama hari ini. Masih mungkin esok sepersis hari ini. Aku dengar, aku melihat dan merasakan. Semuanya masih. Lambat laun, mengembang dan mengeras hingga hati membeku.
Dalam kebekuanku, aku bertanya dalam-dalam, masihkah mungkin seinci terik matahari membakar segala beku menjadi debu jalanan? Aku menghirupnya dan walau aku tahu kandungan debu itu, aku ingin tetap menghirup dan merasakan bibit sakit yang bercampur. -------------------------------------------------------------
Aku ingin membagi sakit ini kawan, walau aku dan engkau pun tahu itu penyakit jalanan, agar engkau pun TIDAK tetap berkata: "apapun yang saya lakukan adalah urusan saya", dengan dasar logika: "apapun yang saya lakukan hanya berdampak pada diri saya". Aku ingin engkaupun merasakannya. Agar kaupun tak membuta dan tidak terus terjebak dengan cara berfikir opposisi dalam melihat diri dan realita penindasan Papua.