Kelam malam. Duduk merana tiada kata. Angin menyusup disela-sela pintu besi trali yang berjejer. Memandang mereka disana, di blok Jaksa yang terbaring bisu. Sayup ku dengar canda tawa mereka disebalah Blok Hakim yang berusaha menghilangkan beban masalah. Disini, di blok Tapol sepertinya suram. Penghuni kamar ini penuh. Air tidak mengalir berhari-hari, bau wc yang sangat menyiksa.
Kemarin dan hari ini tetap sama. Mendengar,apalagi ikut merasakan bermacam-macam masalah tahanan dan narapidana, sepertinya semakin membuat pusing. Kesedihan dan kekesalan semakin membara. Sepertinya hukum di Republik ini hanya berlaku untuk orang Papua. Disini orang Indonesia (pendatang) bisa dihitung dengan jari. Hampir semua orang Papua. Masuk karena mabuk, judi, pemerkosaan, laka, kdrt, pembunuhan, pencurian, dan makar.
Diskriminasi hukum. Kalau orang Papua bikin masalah langsung masuk bui tanpa melihat aspek sosial budaya Papua. Tapi kalau orang pendatang, Kasih Uang hAbis Perkara (KUHAP). Memang lompat pagar menjadi alternatif terbaik bagi tahanan dan narapidana. Hakim, Jaksa dan Polisi sama bobroknya. Petugas LP Abepura masih gunakan cara kuno ala penjajah. Dunia hitam yang begitu keras disini. Hak kami dinilai seperti binatang. Makanan babi mungkin masih baik.
Mencoba memotivasi mereka. Kami harus bangkit. Kami manusia, ciptaan Tuhan yang istimewa, yang memiliki harkat dan martabat yang sama. Kami bukan sampah masyarakat yang dibuang oleh kekuasaan yang tidak mendidik dan mensejahtehkan. Kami bukan pendosa yang dibuang oleh tuhan penguasa kedalam neraka penjarah.
Tapi apakah penguasa mendengar? ah, tidak mungkin. Mereka penjajah. Hukum adalah kekuatan penjajah. Tiada pernah keadilan berpihak pada orang Papua. Karena mereka dari dulu bilang kami pengacau, pencuri, pemabuk, canibal, pembunuh dan separatis. Mereka datang bukan untuk memanusiakan kami, tapi membuat kami seperti binatang yang kapanpun bisa di penjarahkan, dipukul, dan dibunuh. Yang mereka inginkan hanya kejayaan kekuasaan diatas tanah dan kekayaan alam kami.
Sepertinya malam semakin larut. Duduk tak tenang, tidurpun begitu. Berharap hari-hari berlalu cepat, bersama smua ini....
Tapol 4 LP Abe, 6 Juli 2010
11.49 PM
Share
Kemarin dan hari ini tetap sama. Mendengar,apalagi ikut merasakan bermacam-macam masalah tahanan dan narapidana, sepertinya semakin membuat pusing. Kesedihan dan kekesalan semakin membara. Sepertinya hukum di Republik ini hanya berlaku untuk orang Papua. Disini orang Indonesia (pendatang) bisa dihitung dengan jari. Hampir semua orang Papua. Masuk karena mabuk, judi, pemerkosaan, laka, kdrt, pembunuhan, pencurian, dan makar.
Diskriminasi hukum. Kalau orang Papua bikin masalah langsung masuk bui tanpa melihat aspek sosial budaya Papua. Tapi kalau orang pendatang, Kasih Uang hAbis Perkara (KUHAP). Memang lompat pagar menjadi alternatif terbaik bagi tahanan dan narapidana. Hakim, Jaksa dan Polisi sama bobroknya. Petugas LP Abepura masih gunakan cara kuno ala penjajah. Dunia hitam yang begitu keras disini. Hak kami dinilai seperti binatang. Makanan babi mungkin masih baik.
Mencoba memotivasi mereka. Kami harus bangkit. Kami manusia, ciptaan Tuhan yang istimewa, yang memiliki harkat dan martabat yang sama. Kami bukan sampah masyarakat yang dibuang oleh kekuasaan yang tidak mendidik dan mensejahtehkan. Kami bukan pendosa yang dibuang oleh tuhan penguasa kedalam neraka penjarah.
Tapi apakah penguasa mendengar? ah, tidak mungkin. Mereka penjajah. Hukum adalah kekuatan penjajah. Tiada pernah keadilan berpihak pada orang Papua. Karena mereka dari dulu bilang kami pengacau, pencuri, pemabuk, canibal, pembunuh dan separatis. Mereka datang bukan untuk memanusiakan kami, tapi membuat kami seperti binatang yang kapanpun bisa di penjarahkan, dipukul, dan dibunuh. Yang mereka inginkan hanya kejayaan kekuasaan diatas tanah dan kekayaan alam kami.
Sepertinya malam semakin larut. Duduk tak tenang, tidurpun begitu. Berharap hari-hari berlalu cepat, bersama smua ini....
Tapol 4 LP Abe, 6 Juli 2010
11.49 PM
0 komentar:
Posting Komentar