30/09/15

Renung Relung Derita Kita!

Tidak perlu heran dan bersedih bila pembantaian harus terus terjadi. Sadari saja diri kita sebagai bangsa yang sedang terkoloni. Adalah keharusan bagi kolonial untuk menjalankan sistem dan praktek kolonialisme diatas wilayah koloninya. Jangan berharap keadilan dalam hukum kolonial, sebab kolonialisme hanya bertujuan untuk memusnahkan manusia dan menguasai wilayahnya.

2 orang pelajar yang ditembak di Timika, Kemarin (28/09/2015) oleh polisi kolonial Indonesia adalah satu bagian terkecil dari operasi pembantaian yang sedang terjadi. Lihatlah hampir 5 hingga 10 mayat anak negeri setiap hari keluar dari Rumah-rumah sakit yang ada di Papua; Hitunglah berapa mayat yang mati misterius di mana-mana tanpa diketahui setiap hari; tengoklah berapa kematian ibu hamil dan bayi di Rumah-rumah sakit itu; Bertanyalah mengapa banyak anak negeri yang mandul dan tak bisa memperbanyak generasi Papua; Sudahkah anda tahu bahwa kapal putih yang masuk 3 kali seminggu memuntahkan 2000 pendatang setiap kapalnya?
Sudahlah, terlalu banyak penderitaan yang harus diurai. Apakah memang kita tercipta diatas tanah ini untuk hidup menangisi penderitaan? Bukankah anda pun tahu bahwa hukum kolonial, media kolonial, dan semua perangkat kolonial tidak akan berpihak pada tangis penderitaan kita? Lantas, sampai kapan kita terus berdiam diri sambil terhanyut hingga pada muara pemusnahan? Bila begitu, senang-senanglah, hibur-hiburlah, puas-puaskan sajalah diri anda terus-menerus dalam kenikmatan sesaat yang disugukan kolonial padamu, sebelum sampai di muara itu.
Dan kami disini, di jalur yang setiap hari kau takuti, yang kau asingkan, yang kau lupakan, yang kau malas tahu, yang kau caci maki, yang kau hina, dan yang kau khianati akan berdiri, berjejer mengepal tangan perlawanan. Bagi kami, itulah jalur utama, bukan alternatif, untuk membebaskan bangsa ini. Perlawanan melawan kolonialisme Indonesia adalah satu-satunya cara kita untuk menghapus penderitaan ini. Hari ini kami tidak butuh tangis pilu anda, berapun banyaknya. Simpan saja jauh-jauh. Dunia pun tak akan peduli, apalagi kami. Yang kami butuh jiwa pemberontakan anda di arena perlawanan yang sedang bergulir; yang kami butuh dan hormati adalah perderitaan bersama di jalur perjuangan ini.
Sadarilah! kita adalah generasi perjuangan bukan bukan generasi penikmat! Untukmu rakyat yang terus mati dibantai kolonial Indonesia, diatas pusara dan tulang-belulangmu yang berserakah, kaki kami akan terus berdiri kokoh dan melangkah maju merebut cita-cita pembebasan bangsa: revolusi!
Kita Pasti Mengakhiri
Victor Yeimo
Kamwolker, 30 September 2015
Share

0 komentar: