14/05/15

Emosi Perlawanan Yang Positif

Emosi perlawanan kita terhadap penjajah haruslah positif, yang berarti menghindari emosi negatif. Perjuangan pembebasan bangsa Papua memiliki visi, ideologi. Tidak "takabur" alias hilang arah dan tujuan. Tidak untuk balas dendam. Tidak untuk sekedar pelipur lara. Juga bukan semata populisme gerakan.

Emosi kita terhadap kolonialisme Indonesia harus tertuju, dan diarahkan pada sasaran yang tepat, yakni aktor dan sistem. Emosi kita harus tertuju pada siapa dan apa praktek kolonialisme yang dilakukan diatas negeri West Papua.
Perjuangan yang memiliki visi berarti perjuangan yang sadar dan dewasa dalam perlawanan. Perjuangan yang memperjuangkan nilai dari cita-cita perjuangan itu sendiri, yakni kemerdekaan, kesetaraan (keadilan), perdamaian dunia, dan -ini sering kita abaikan- surga.
Emosi perlawanan yang positif itu akan nampak ketika emosi itu dibentuk oleh gagasan ideologi pembebasan. Dan, itu tidak sekedar sebagai strategi taktik tetapi juga menjadi bagian dari pejuang. Menjadi sesuatu yang melekat dan mendarah daging dalam pribadi kita. Menjadi nilai yang membentuk sistem perjuangan.
Sementara, emosi negatif dalam perlawanan lebih banyak melahirkan fatalisme gerakan, sehingga esensi dari gerakan perlawanan hilang. Jika hilang, perjuangan hanya menjadi arena permainan penjajah yang dipergunakan untuk kepentingannya.
Oleh sebab itu, kita mesti menunjukan kepada dunia, terlebih kepada Tuhan pencipta kebenaran, bahwa kita sedang berjuang karena dan untuk sebuah nilai kebenaran. Kebenaran yang diperjuangkan oleh bangsa Papua tidak boleh menghancurkan kebenaran yang ada pada bangsa lain.
Kemerdekaan yang diperjuangkan oleh bangsa lain tidak boleh dihancurkan oleh perjuangan kemerdekaan bangsa Papua. Misalnya, ekspresi kebencian dengan membakar bendera Merah Putih atau Bintang Kejora yang merupakan simbol kemerdekaan bangsa adalah sesuatu yang tidak benar dalam konteks perjuangan pembebasan bangsa.
Bangsa Papua yang memiliki simbol kemerdekaan bendera Bintang Fajar harus menghargai bangsa-bangsa lain yang memiliki simbol kemerdekaan bendera Merah Putih. Sebaliknya, bangsa-bangsa pemilik endera Merah Putih harus menghargai dan tidak membakar bendera kemerdekaan bangsa Papua, Bintang Fajar.
Bendera, tidak hanya sebagai simbol negara, tetapi memiliki nilai kemerdekaan dari suatu bangsa, apalagi bangsa yang merdeka dari hasil perjuangan mengusir kolonialisme. Oleh sebab itu, visi memperjuangkan kemerdekaan Papua harus ditujukan pada aktor dan sistem yang menjajah, yakni Penguasa kolonial Indonesia dan sistem kolonialismenya yang sedang melakukan praktek penjajahan maha dasyat di West Papua.
Sebagai bangsa yang bermartabat, kita mesti menunjukan kepada penjajah dan dunia bahwa apa yang kita perjuangkan adalah tentang suatu visi besar yang menyadarkan manusia pada jalan kebenaran.

Freeway, 12 Mei 2015
Share

0 komentar: